MANADO – Komunitas TransportSulutAmanNyaman (TSAN) mengadakan diskusi tentang transportasi kemarin Jumat (31/3) di sebuah warkop salahsatu kawasan bisnis Manado. Pertemuan yang dihadiri oleh Wakil Walikota Manado Mor Bastiaan. Khusus angkot yang load faktor tak lebih 50 persen dijadikan bahasan hangat.
Berita Lainnya
Dalam diskusi juga dibahas tentang kisruh online dan macet di Manado
Beberapa catatan penting sebagai koreksi dan solusi tercatat berikut ini:
Permasalahan transportasi kondisi ini karena masyarakat mulai memiliki kendaraan sendiri: mobil atau motor, dan pilihan lain menumpang ojek atau Gojek. Hal ini mengakibatkan lebih banyak ngetem atau membentuk terminal bayangan. Lokasinya di depan Mantos, MTC, Megamall, Bank Sulut hingga Siloam, dan beberapa tempat lainnya.
Sering berhenti sembarangan: untuk menaikkan atau turunkan penumpang ataupun sopir sekadar ‘merayu’ calon penumpang. Seringkali pandangan sopir melirik ke kanan dan berhenti, sementara mobilnya masih di tengah jalan.
Perilaku dan eksistensi sopir: banyak yang hanya modal tahu nyetir mobil, tanpa SIM. Mengemudikan mobil dalam kondisi mabuk. Marah (dengan membunyikan klakson) bila mobil lain di depan jalannya lambat, sebaliknya cuek berhenti sembarang walaupun antrean macet di belakang sudah panjang.
Hal lain juga adalah modifikasi mobil yang berlebihan. Velg diperbesar dengan ban profil tipis. Atau velg dan ban standar tapi ver atau pegas dan shock absorver dimodifikasi sehingga jarak antara ban dengan bodi mobil sangat tipis, hingga 1 sentimeter. Atau mobil makin ceper.
Rekonstruksi angkot ini akan diperlambat, bahkan sangat lambat, bila akan melewati jalan yang kurang mulus (berlubang) atau melewati pita pelambat (polisi tidur). Sudah pasti menimbulkan kemacetan.
Selain itu protes penumpang tentang sound system berlebihan. Yang mengakibatkan menimbulkan polusi suara. Seperti penempatan Toa di bawah kolong mobil. Modifikasi bangku belakang karena penempatan speaker sub woofer 12 Inch, sehingga jarak antara bangku dengan plafon mobil sangat rendah. Tidak menyamankan penumpang.
Mikrolet banyak yang sudah tua. Masih ditemukan mobil produksi tahun 1990-an, masih jalan. Tidak jarang juga ditemukan mogok, entah karena mesin, roda, atau sistem kelistrikan. Sering juga kejadian mikrolet terbakar karena instalasi listrik mobil sudah kacau.
Jumlah kendaraan yang riil (bukan sekadar data di atas kertas) kurang jelas. Menurut Dishub yang terdaftar 6.000 an, tapi aktif hanya 2.000-an. Data ini harus diverifikasi kebenarannya bila melihat kondisi mikrolet di lapangan.
Izin trayek, katanya, sudah dihentikan dari beberapa tahun lalu, tapi mobil baru bermunculan di jalan. Apakah izin mengikuti mobil, atau mobil mengikuti izin. Sebaiknya, perpanjangan izin memperhatikan kondisi usia mobil.
Untuk itu dalam diskusi ini beberapa usul yang direkomendasikan buat transportasi yang nyaman di Manado ke depannya.
Pemkot harus tegas, dengan menerbitkan Aturan tentang kondisi mikrolet harus standar. Tidak bisa dimodifikasi yang berakibat ketidaknyamanan dan keselamatan lalu lintas. Juga harus mengatur pemakaian sound system di mikrolet. UU 22 Tahun 2009 memerintahkan kenyamanan dan keselamatan lalu lintas jalan.
Ada operasi rutin terhadap mikrolet dan sopirnya, soal kelengkapan izin serta kelayakan operasi.
Bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran dan tindakan sopir yang tidak sesuai aturan.
Untuk jangka menengah atau panjang, harus ada pembangunan halte yang desain dan penempatannya tidak menimbulkan kemacetan. Misalnya menjorok ke dalam persil tempat usaha seperti mall atau kantor pemerintah. Atau juga, Pemkot harus membebaskan lahan untuk pembangunannya.
Perlu menciptakan Perda tentang pembatasan usia kendaraan umum. Selesai Diskusi Wawali berharap komunitas komunitas ini bisa terus bersinergi memberikan masukkan bagi Manado yang lebih nyaman dalam hal bertransportasi.