Pendidikan adalah sebuah harta yang sangat mahal harganya sehingga butuh perjuangan yang tak kenal lelah untuk meraihnya. Dr. Hariyadi, S.Si, M.Si seorang mantan sopir angkot ini adalah satu dari potret kehidupan yang menginspirasi banyak orang. Tidak ada yang bisa menyangka kehidupan dari Dr. Hariyadi ini akan berubah seperti ini.
Pria kelahiran Lumajang JATIM 20 Desember 1968, dalam keseharian sebagai dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan Wenas telah berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan delapan orang penguji dalam ujian yang dilaksanakan di Universitas Brawijaya Malang pada 5 Mei 2014. Judul disertasi Haryadi adalah Fitoremidiasi arsen pada air limbah panas bumi Lahendong dengan eceng padi, kiambang dan keladi air.
Dr. Haryadi menuturkan bahwa dalam proses perjuangan mencari gelar doktor bidang kajian lingkungan dan pembangunan bukanlah sebuah perjalanan yang mudah. “Saya dulu pernah jualan bakso, pernah jadi satpam, pernah jadi sopir angkot”, tutur Haryadi.
Sosok Haryadi yang berperawakan besar ini sangat dekat dengan mahasiswanya. Hariyadi tidak pernah merasa canggung ketika diajak mahasiswa untuk berdiskusi bersama terkait dengan perjalanan hidupnya hingga meraih gelar doktor dan bagaimana menjadi seorang mahasiswa yang pantang menyerah.
Dr. Hariyadi berpesan, berdayakan dan jagalah sumber daya alam yang ada disekitar kita, karena itu merupakan harta untuk anak cucu kita yang Tuhan titipkan kepada kita untuk dijaga. ”Kalau kita merusak lingkungan sekarang lalu apalagi yang akan kita nerikan untuk anak cucu kita di masa yang akan datang” tutur Hariyadi menutup percakapan.