Gubernur Sulut Dr. Sinyo Harry Sarundajang sangat mengkawatirkan dengan perkembangan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya (Narkoba) yang terjadi di Indonesia termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Alasannya karena penyakit tersebut telah merusak sendi-sendi lintas generasi bangsa. Kekhawatiran orang nomor satu di Sulut itu, disampaikan pada pembukaan acara sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Narkotika yang di ikuti 110 peserta yang berasal dari Sulut dan Gorontalo itu, di gelar Badan Narkotika Nasional (BNN) di Hotel Aryaduta Manado, Rabu (10/4).
“Hal itu bisa dilihat dari indikasi semakin meningkatknya kasus penyalahgunaan narkoba setiap tahun dengan tanpa memandang status sosial dan dengan adanya fakta, bahwa Indonesia tidak lagi sebagai wilayah transit peredaran narkoba dunia, akan tetapi telah menjadi produsen sekaligus konsumen narkoba”, kata Gubernur dua periode hasil pilihan rakyat sulut.
Gubernur mengakui, Provinsi Sulut, yang dipersiapkan menjadi pintu gerbang kawasan asia pasifik, dipastikan telah menjadi incaran dari para bandar narkoba untuk memasukan bahan-bahan laknat tersebut, sembari menyebutkan, Provinsi Sulut memiliki banyak pintu masuk seperti pelabuhan Samudera Bitung, Bandara Sam Ratulangi serta pintu masuk dari wilayah kepulauan, karena ini selaras atau dapat di manfaatkan, melalui pengiriman barang-barang ke Sulut, dan ini kita harus mewaspadainya, tegas Sarundajang.
Namun demikian, Pemprov bersama Kapolda serta anggota Forkopimda secara rutin terus mengawasi setiap pintu masuk yang ada, hingga sampai ke pulau-pulau yang tidak berpenghuni di tiga Kabupaten Kepulauan di nusa utara, karena di nilai sangat rentan dengan masuknya bahan-bahan narkotika dari luar, pungkasnya. Ikut hadir Kepala BNN Komjen Pol. Anang Iskandar, Deputy Pemberantasan BNN Irjen Pol Benny Mamoto, Deputy Hukum dan Kerjasama BNN Bali Moniaga dan Wagub Gorontalo Idris Rahim. (Kabag humas Jackson Ruaw selaku jubir pemprov).