
MANADO – Hal aneh terjadi dalam promosi Dispar Manado baru- baru ini. Dari informasi yang didapat menunjukkan salah satunya stand promosi justru kosong melompong. Bahkan tak dijaga selama pameran berlangsung. Heri Maramis pengamat kemasyarakatan menilai ini pembodohan kepada publik dan harus dievaluasi kedepan oleh GSVL dan MOR nanti.
Selain itu Dinas Pariwisata Manado mendapatkan kecaman para pekerja seni . Cristovel dan Deni pemerhati budaya dan seni Sulut mempertanyakan akan tindakan Dispar Manado mengunakan wartawan dalam mengisi acara pada kegiatan promosi di Batam. ” Apakah sudah tak ada penari profesional di kota Manado??, ujar mereka.
“Setahu kami, setiap hari di Taman Budaya ada latihan tari, bahkan Diknas selalu membuat program pelatihan dan lomba tari dalam mencari bibit penari profesional, lho kog wartawan yang dipakai??”, ujar Oni pelatih dari sanggar Taman Budaya Sulut.
Hendrik Warokka saat dikonfirma membenarkan hal ini. Rupanya mereka tak mau repot mencari penari profesional tapi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Manado langsung mengakomodir wartawan yang kebetulan ikut untuk dijadikan penari dadakan serta dibawa ke Batam dalam rangka pementasan seni. Menurut Kepala Dinas Parbud Manado, Hendrik Warokka hal itu benar dilakukannya.
”Memmang benar ada wartawan yang tampil dipanggung dalam pementasan seni , dan sebelum berangkat sudah kami latih” ujar Warokka.
Jim Tindi pemerhati kemasyarakatan kota Manado ketika diwawancarai menilai bahwa apa yang dilakukan Disparbud Manado terkesan asal comot. Pasalnya Tindi menyebutkan masih banyak penari yang harus dibina dan dikembangkan potensinya, buka harus wartawan, Tindi melalui kesempatan tersebut meminta agar Disparbud Manado lebih siap dalam pementasan seni maupun promosi pariwisata pada umumnya. Sebab ini mengunakan dana yang tak sedikit dan itu adalah dari uang pajak rakyat Manado.