MANADO – Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) terus mendapatkan pro dan kontra dari banyak kalangan di Indonesia. Salah satunya anggota DPRD Kota Manado dari fraksi PDI Perjuangan, Rosalita Manday, S.SI yang menilai ujian nasional membebani para murid.
“Nilai kelulusan anak seharusnya ada tolak ukur lain tidak terpaku pada UN saja. Anak-anak kita harus diarahkan ke kreatifitas mereka masing-masing. Kalau saat ini yang terjadi mereka belajar secara general,” kata Rosalita kepada wartawan di ruang komisi IV DPRD Kota Manado, Rabu (4/12/2019).
Dikatakan Rosalita, perbandingan dengan luar negeri, anak-anak nya sejak sekolah dasar sudah di fokuskan kearah skill dan bakatnya masing-masing. Sehingga, menurut Rosalita, saat dewasa mereka sudah tahu keahliannya.
“Setiap anak ada keahlian dan kepintaran masing-masing. Ada anak yang pintar di Matematika tapi lemah di Bahasa Indonesia, dan itu tidak bisa kita paksakan. Karena setiap anak memiliki kinerja otak kiri dan kanannya berbeda tingkat kepintarannya,” katanya.
Dia pun menegaskan, jika saat ini UN masih terus dilakukan, sebaiknya harus diganti sistemnya agar tidak terlalu membebani anak.
“Yah kalau pun sekarang masih ada, jangan se-general seperti yang lalu-lalu. Jadi harus disesuaikan dengan kemampuan anak. Dengan begitu menunjang juga kurikulum yang akan dikurangkan, agar UN terlihat sederhana,” kata Rosalita.
“Saya melihat saat ini anak SD dan SMP semuanya berlomba-lomba menjadi yang terbaik melebihi teman-temannya saat ujian. Dengan begitu mereka akan berpikir mereka tidak membutuhkan orang lain karena mereka bisa sendiri,” katanya lagi.
Anggota Komisi IV ini pun memberikan saran agar Ujian Nasional dibuat dengan versi seperti belajar kelompok dan cara-cara efektif lainnya, yang menurutnya akan membuat anak-anak merasa nyaman.
“Kalau kita bikin ujian nasional seperti kerja kelompok, kan anak-anak biasa berbaur, dari situ mereka bisa persentase, jadi dialihkan dengan yang lebih simple saja,” pungkasnya. (Auddy Manoppo)