Setelah dibukanya penerbangan langsung dari Manado ke Davao Filipina yang ditandai dengan penerbangan langsung pesawat dari maskapai Sriwijaya Air dari Bandara Sam Ratulangi Manado ke Bangoy Airport Davao City, Konjen Filipina Jose D.R Burgos langsung melakukan pertemuan dengan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Dr. Djouhari Kansil, MPd di ruang kerjanya.
Pada kunjungan kali ini, Konjen membawa serta beberapa pengusaha Filipina yaitu Vicente T Lao Presiden dan CEO Maharlika Perusahaan yang bergerak di bidang Agro, Marine Ventures Corp bersama Isteri selaku Chairman dan CEO Mt. Sinai Mining Exploration dan Development Corporation, Boni Pal Fernandez BF Industries,Inc perusahaan yang bergerak dibidang manufacturer of activated carbon & Charcoal Briguets serta Anelyn G Binancilan Senior Economic Development Specialist. Sedangkan dari pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara turut hadir Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Ir. Yohanes Panelewen, Kadis Perindag Ir. Olvie Ateng MSi, Karo Umum Dra Femmy Suluh MSi dan Karo Ekonomi Jeane Mendur.
Menurut Burgos para pengusaha dari Filipina berterima kasih kepada pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang telah membuka kembali jalur penerbagan langsung dari Manado ke Davao, termasuk pelayaran dengan kapal dari pelabuhan Bitung dan Sangihe yang langsung menuju Davao. Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pengusaha Filipina untuk membangun kembali kerjasama dengan para pengusaha yang berada di Sulawesi Utara.
Dalam pertemuan tersebut terungkap bahwa beberapa komoditi provinsi Sulawesi Utara yang dilirik oleh para pengusaha Filipina seperti rumah adat, Kelapa, Cengkih, Pala, Jagung dan perikanan. Bahkan Vicente T Lao dan Fernandes menanyakan berapa banyak jagung di Sulawesi Utara yang tersedia setiap kali panen serta cara pengolahan tanah (lahan) di daerah ini. Untuk menjawab hal tersebut, Wagub menyebutkan bahwa produksi jagung di Sulawesi Utara setiap panen mencapai 85 ribu ton/hektar dan dalam setahun bisa tiga kali panen. Meskipun produksi jagung kita masih kecil untuk kebutuhan lokal, tapi Sulawesi Utara sudah menjadi pusat pengolahan komoditi tersebut untuk diekspor keluar negeri.
Lanjut menurut wagub, lewat program revitalisasi pertanian pemerintah daerah telah bekerjasama dengan pihak perbankan untuk terus mendorong masyarakat agar bisa memanfaatkan setiap lahan tidur yang ada untuk di tanami berbagai komoditi pertanian termasuk jagung. Untuk pengelolaan tanah di Sulawesi Utara berbeda dengan daerah lain, ucap Wagub. Untuk Sulut sendiri, para pemilik tanah adalah keluarga atau personal, termasuk tidak ada pembatasan lahan. Pengusaha Filipina bisa melakukan hal ini, namun harus melakukan kerjasama (Memorandum Of Understanding) terlebih dahulu dengan pemerintah daerah, begitu pula dengan rumah adat. Menurut mantan Kadis Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara, produksi rumah adat yang ada di Sulawesi Utara terbesar berada di desa Woloan Tomohon, selain itu terdapat juga beberapa pengrajin rumah adat di Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara.
Kansil juga mengatakan, pelabuhan Bitung saat ini telah menjadi penampung komoditi yang diekspor keluar negeri. Semua komoditi ekspor tersebut dikirim keluar negeri melalui kapal kontainer melalui pelabuhan Bitung, dan ini sudah dilakukan ke Malaysia begitu sebaliknya. Selain itu, saat ini Bitung telah disiapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Oleh karena itu Pemprov Sulut akan membantu para pengusaha Filipinan yang berencana menanamkan modalnya di bumi nyiur melambai (Humas Prov Sulut)