Manado.- Kolintang bukanlah sesuatu yang asing kita dengar di telinga masyarakat indonesia,Alat musik ansamble yang sangat Populer di negeri kita bahkan dunia, perna memukau hadirin mancanegara yang menyaksikan acara di Jakarta dan juga istana Bogor pada tahun 1868 oleh seniman tunanetra asal tonsea Nelwan Katuuk.
”Alfred Sundah” adalah tokoh kolintang nasional asal Lembean Kabupaten Minahasa Utara,yang berkontribusi mengangkat pemain kolintang tunggal Nelwan Katuuk di kancah nasional,Alat Musik yang sebelumnya adalah alat musik tunggal berupa melodi yang dimainkan satu orang dikembangkan menjadi alat musik ansamble olah Alfred Sundah hingga bisa dimainkan dengan bass,gitar dan ukulele.
Dengan kemampuan jiwa seni yang tinggi Alfred Sundah jugalah orang pertama yang mendirikan group kolintang di Jakarta tahun 1968 dengan nama Orkes Kolintang Kadoodan secara lengkap yang dimainkan 6-7 orang pemain musik sehingga menjadi ansamble musik,Juga berjasa besar bagi budaya Minahasa utara dengan membuat dan menerbitkan Kamus Bahasa Tonsea.
Pantas memang kalau Alfred Sundah adalah legenda musik kolintang jasa dan kontribusi yang diberikan sangat penting bagi dunia seni budaya, khususnya musik kolintang dengan melahirkan karya lebih dari seratus lagu,Seperti yang tetap familiar dan masih sering didengar di daerah nyiur melambai ini, diantaranya ; Werenan, Momasa Katupat, Satoro Mama, Si Towo Si Putar Bale.
Saptu 30 juli 2016 Yayasan Alfred Sundah akan mengelar Pegelaran Musik Kolintang bersamaan dengan ulang Tahunya ke-90 Ayah dari James Freddy Sundah pencipta lagu Lilin-Lilin Kecil di desa Lembean Kabupaten Minahasa Utara, tentunya dengan maksud untuk mengangkat seni budaya musik kolintang untuk semakin dikenal, juga mempromosikan desa Lembean yang di daulat Menjadi desa Musik kolintang.