Berita Lainnya
CALO TIKET BON JOVI DAN DUA DUS AQUA
Frustasi. Itulah kata pertama sepanjang Jumat terik kemarin di GBK Senayan. Gak kebayang rasanya, ketika punya duit untuk beli tiket, tapi tiada loket menjual tiket konser Bon Jovi.
Sebenarnya sy sejak jauh2 hari sudah berniat beli tiket online. Apalagi, tiket VIP seharga 3,5jt yg dijual online langsung habis sehari, begitu dibuka, menandakan antisiasnya fans grup musik asal New Jersey itu. Tapi entah kenapa, sy tunda beli tiket kelas festival seharga 1,5jt, hingga menjelang acara.
Dan tragedi itu benar2 terjadi. H-3 konser, panitia bilang seluruh tiket habis dan gak jual tiket box. Jumat siang sy melangkah harap2 cemas, setelah dengar kabar dari seorang kawan ada tiket tambahan.
“Kalo pun gak dapet, tunggu ‘dobrakan penonton’ aja John,” kata teman lain, Iman, jurnalis penggemar musik cadas yg biasa mangkal di Istana.
Memang benar, siang itu ada tenda semi permanen bertuliskan ‘tiket box’. Seratusan calon penonton langsug mengambil posisi antri mengular. Aksi solidaritas tercipta. Ada yg kepanasan, mau sholat, mau pipis dan mau makan, menitip barisan antrian. Mereka juga curhat ttg tiket palsu yg dibeli lewat situs website abal-abal. Ada serombongan asal Makassar tertipu tiket palsu, ada ibu profesor asal Malang juga ditolak di pemeriksaan karena tiketnya palsu. Ada juga eksekutif muda tertipu beli tiket di parkiran, yg harganya naik 3kali lipat.
Harapan saat itu, pupus sudah. Sejumlah panitia, menutup loket karena tak ada lagi tiket yg dijual. Tulisan ‘tiket box’ dilakban dg kain hitam. Wajah2 sedih membubarkan diri. Ibu profesor itu mulai terisak sesugukan. Anak2 muda dari Makassar menunduk berjalan gontai pergi. Waktu menunjuk pukul 3 sore, tibalah pintu pemeriksaan pertama dibuka.
Suasana mulai hiruk-pikuk. Massa mulai merangsek masuk. Pedagang kaki lima kian membludak, jalan pun macet total. Banyak calon penonton bertiket palsu lolos di pintu pertama ini. Mungkin karena lelah berdebat, para penonton itu dibiarkan masuk. Sy pun tanpa tiket bisa menyelinap masuk. Sy masuk karena gak tahan di pinggir jalan, panas, sesak dan gak nyaman sama calo.
Nah, di area jelang pintu kedua inilah jadi cerita sy bisa masuk nonton konser. Sejumlah penonton nasibnya sama seperti sy. Kami menawarkan diri untuk membayar tiket penonton yang berlebih. Sudah lima penonton yg bernasib spt sy, berhasil masuk, nebeng dengan penonton yg kelebihan tiket. Entah kenapa justru sy yg punya ide ini, malah gagal menggaet penonton kelebihan tiket. (Mungkin wajah sy kurang ganteng kali ya!)
Jam 5 sore sudah lewat. Di sini sy gak bisa mengontak siapa pun. Area ini sengaja diganggu sinyalnya, demi jaminan keamanan dari gangguan terorisme. Sambil larak-lirik, mata sy tertuju ke panitia perempuan, yg sedari tadi tampak gusar mengontak kawannya. Dari bahasa bibirnya, sy lihat, dia sdg kebingungan karena orang yg ditunggunya tak kunjung tiba. Ia pun berjalan ke arah luar Pintu 1.
Tiba2 otak sy ingat iklan Mentos di TV yg pernah ngetop di era 90-an. Sy langsung mengekor perempuan itu, sambil membuka kemeja batik yg sy pakai, sy pakai baju kaos dalam hitam. Topi sy pasang terbalik dan kacamata sy lepas. Persis spt tukang panggul di pelabuhan.
“Mana yg mau dibawa, Mbak?” tanya sy.
“Ya ampun dari mana sih Mas! Tolong bawa ini!”
“Oke!”
Sy langsung mengangkat 2 dus air mineral Aqua botol 700ml sekaligus non-stop mengekor Mbak itu lewat Pintu 1. Kemudian lewat Pintu 2 khusus panitia dan berakhir di Pintu 3 kelas Festival A. Kami pun langsung membagi2kan minuman ke sejumlah panitia. Para petugas pemimdai tiket dg alat scanner ini tersenyum senang kedatangan sy.
Entah karena insting atau situasi, posisi sy membagi2kan minuman sudah melewati batas mesin pemindai. Semua panitia sudah dibekali minuman. Sedangkan minuman sy tersisa setengah dus. Sisanya sy bagikan sejumlah personil brimob yg berjaga. Dan sisa satu botol lagi. Langsung sy minum, dan habis seketika.
Sy pake kacamata, tak terlihat lagi Mbak-mbak tadi yg menyuruh sy. Panitia sibuk men-scan. Polisi acuh sama sy. Tanpa dosa, sy pun berjalan santai ke lorong gelap menuju area penonton Festival A. Kesempatan ini tak boleh terlewatkan.
“Halleluya..!”