MINAHASA – Jauh dari kampung halaman tidak membatasi kreatifitas Mahasiswa. Hal itu dibuktikan oleh Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Sulawesi Selatan (IKAMI) Cabang Minahasa. Organisasi paguyuban asal Sulawesi Selatan ini akan menggelar pagelaran seni dan budaya Sulawesi Selatan di tanah Minahasa pada Senin (28/10/2019).
Ketua umum IKAMI Cabang Minahasa, Khalik Nasrah menuturkan “Pegelaran seni dan budaya ini mengusung tema lokal Sulawesi Selaran PHINISI TA’. Melalui kegiatan ini kami berharap seni dan kebudayaan Sulawesi Selatan sebagai salah satu kekayaan Indonesia dapat dikenal oleh masyarakat, karenanya kita semua generasi muda harus berupaya untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah kita, meskipun di tanah perantauan tapi nilai-nilai seni dan kebudayaan kita harus selalu mengakar dalam diri kita”.
“Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bergabung pada event ini, secara khusus kami akan mengundang Pemda Minahasa, KNPI Minahasa, para pegiat seni, budayawan, paguyuban mahasiswa se Minahasa, seluruh mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada kesenian dan budaya serta perwakilan dari kampus UNIMA”, tegas Khalik.
Sementara itu Beni, sapaan akrab Sekertaris Umum IKAMI Cabang Minahasa menambahkan “kegiatan ini akan berlangsung Aula GBK UNIMA selama sehari full. Akan ada banyak event kegiatan yang akan di tampilkan yaitu diawali oleh atraksi ANGNGARU.
ANGNGARU merupakan salah satu kebudayaan di Sulawesi Selatan yang berarti ARU (sumpah) atau ANGNGARU (bersumpah). Sebuah ikrar yang di ucapkan oleh rakyat kepada raja sebagai bentuk kesetiaan kepada kerajaan untuk berjuang dan mempertahan kerajaan. Biasa atraksi ANGNGARU dilakukan oleh kaum pria dengan memegang BADIK kemudian menghunuskan BADIK itu ke wajah dan tubuhnya. Tradisi ini dipercaya dapat membakar semangat prajurit sebelum berlaga di medan perang.
Selanjutnya akan ditampilkan juga kebudayaan SIGAJANG LALANG LIPA, ini merupakan tradisi yang kerap terjadi pada masa lalu di Sulawesi Selatan. Saat kedua belah pihak yang berseteru sama-sama merasa benar dan merasa harga dirinya terinjak maka untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan cara SIGAJANG LALANG LIPA.
Bagi masyarakat Sulawesi Selatan SIRI’ atau harga diri merupakan suatu yang fundamental olehnya karena itu dikenal sebuah pepatah “pantang BADIK diselipkan di pinggang sebelum terhujam di tubuh lawan”.
Selain itu juga akan ditampilkan Tarian Massal 4 Etnis, Tarian Toraja, serta pembacaan syair-syair dan puisi daerah dari Sulawesi Selatan. Pada sesi penutup akan di bacakan teks Sumpah Pemuda sebagai bentuk peringatan momentum Sumpah Pemuda dan diakhiri dengan MADDERO bersama, tutup Beni.