Hyperconnectivity merupakan hal mendasar yang akan mengubah cara perusahaan, individu, dan pemerintah untuk saling terkait satu sama lain. Kemudian Dengan mengkombinasikan cara-cara baru untuk menciptakan nilai bagi masyarakat, dan bisnis, maka kita akan melihat betapa nantinya pemimpin-pemimpin akan begitu membutuhkan sebuah pemetaan atau ‘road map’ yang akan membantu mereka untuk memahami dan bisa menerima realita baru ini, realita digital, realita Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Hari ini baru saja dipublikasi hasil dari The Global Information Technology Report tahun 2013, yang berfokus pada pembahasan tentang pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di dunia yang saling terhubung (Hyperconnectivity world) satu sama lainnya. Mereka mengkaji tentang ekosistem digital di 144 negara maju dan negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Para peneliti menemukan, sejumlah negara berkembang gagal memanfaatkan investasi TIK. Sementara itu negara-negara maju di Eropa juga mulai menghadapi tantang yang cukup mengancam pada kesedian benua itu untuk meningkatkan daya saing, inovasi dan menciptakan lapangan kerja.
Berita Lainnya
Salah satu alat untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu negara pada penfaatan TIK untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya, adalah dengan NRI (Networked Readiness Index). NRI adalah untuk mengukur kecenderungan negara-negara untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi informasi dan komunikasi.
Yang menarik dari peringkat NRI yang dikeluarkan The World Economic Forum, ada dua negara yang mewakili Asia, Singapura dan Taiwan (China). Berikut ranking NRI dunia:
- Finlandia.
- Singapura.
- Swedia.
- Belanda.
- Norwegia.
- Switzerland.
- Inggris.
- Denmark.
- Amerika.
- Taiwan, China.
Indonesia ranking 76 dari total 144 negara. Jangan kecewa dulu, tahun 2012 Indonesia ada di ranking 80, berarti NRI Indonesia ada peningkatan. Dalam NRI juga dinilai empat subindeks, yaitu:
- Environment subindex; yang meliputi pillar politik dan regulasi, kemudian pillar bisnis dan inovasi.
- Readiness subindex; yang meliputi pillar infrastruktur dan konten digital, pillar keterjangkauan, dan pillar kemampuan atau skils.
- Usage subindex; yang meliputi pillar penggunaan TIK secara individu, pillar penggunan TIK oleh dunia bisnis, dan pillar penggunan TIK oleh pemerintah.
- Impact subindex; yang meliputi pillar dampak TIK bagi ekonomi, dan dampak TIK bagi kehidupan sosial kemasyarakatan.
Berikut perbandingan Indonesia dan Singapore sebagai negara tetangga:
Gambar: The Global Information Technology Report
Gambar: The Global Information Technology Report
Dari data di atas bisa kita lihat kesenjangan yang begitu jauh antara Singapura dan Indonesia. Indonesia memiliki potensi yang begitu besar, selain kekayaan alam, sumber daya manusia Indonesia juga sangat mumpuni saat ini, Termasuk anak-anak daerah Sulawesi Utara. Potensi TIK di derah nyiur melambai dan Indonesia pada umumnya masih sangat besar untuk digarap, dan sangat diharapkan untuk munculnya startup-startup yang akan memicu terbukanya lapangan kerja untuk meningkatkan ekonomi rakyat.
Contoh sederhana, Amerika punya Google, Facebook, Microsoft, Apple, dan IBM; Korea Selatan punya Samsung; Berapa banyak tenaga kerja yang diserap, dan berapa juta dollar yang mereka sumbangkan untuk negara masing-masing? Anda bisa membayangkan jika di Indonesia muncul perusahaan-perusahaan baru berbasis TIK, seperti India yang sudah lebih dulu dari kita, tapi India pun belum masuk di top 10 ranking NRI, malah Taiwan yang ada di ranking 10.
Indonesia sendiri satu dekade terakhir sudah maju dalam TIK, tapi belum maksimal. Sangat diharapkan peran pemerintah dan sektor swasta untuk bisa bergandeng tangan bersama dan membangun infrastruktur TIK yang lebih baik, seperti konektivitas internet di sekolah-sekolah dan kecamatan-kecamatan, juga sistem pendidikan berbasis TIK, sehingga nanti akan menciptakan manusia-manusia Indonesia yang memiliki daya saing yang lebih baik lagi untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang berkaitan dengan Teknologi Informasi Komunikasi, dan siap menghadapi era digital sekarang ini dan di masa mendatang.