Saya berpikir bahwa BERDAMAI dengan Covid-19 merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat lagi kita hindari. Fakta bahwa sudah 34 provinsi di Indonesia yang terdampak menjadi penegas bahwa percepatan dan penyebaran Covid-19 di negara kita, tak terbendung. Percuma sudah untuk saling menyalahkan.
Saat ini yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita membangun sebuah kesadaran bahwa ditengah badai wabah pandemi Covid-19 ini, masih ada pintu-pintu harapan yang membentang lebar. Angka kesembuhan yang merangkak naik melebihi angka kematian (hari ini; sembuh 4,129 meninggal 1,148 sumber Kompas.com), menjadi motivasi bagi para pasien positif untuk bisa kembali ke rumah lagi. Angka kesembuhan ini juga menimbulkan semangat baru bagi masyarakat untuk menyongsong NEW NORMAL sebagai sebuah tatanan sosial baru dalam berdamai dengan Covid-19.
Sebuah tatanan baru pergaulan sosial dengan menjaga jarak, tak ada kontak fisik, tak ada lagi jabatan tangan, tak ada lagi peluk persahabatan, tak ada lagi ciuman pipi persaudaraan dan masker yang akan menjadi sebuah tren dandanan terbaru. Sebuah tatanan yang mungkin akan terus bertahan bahkan akan tetap bertahan sekalipun vaksin Covid-19 ini sudah ditemukan.
Berita Lainnya
Berdamai dengan Covid-19 dilandasi pada kesadaran global, bahwa dilihat dari percepatan dan luasnya penyebaran, maka virus ini tidak lagi dapat dihapuskan. Untuk itu umat manusia mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan kehadiran virus ini.
Di Indonesia krisis kesehatan yang timbul dari Pandemi Covid-19 ini sedang mengandung 3 anaknya yang tak kalah mengerikan; krisis ekonomi, krisis sosial dan krisis politik. Pemerintah diperhadapkan pada suatu pilihan yang sulit. Membiarkan warganya berdamai dengan wabah atau menunggu kelahiran ke-3 krisis lainnya. Suka tidak suka, mau tidak mau, Pemimpin Negara harus mengambil keputusan. Jokowi memilih untuk berdamai dengan Covid-19.
Namun saya juga berpikir, berdamai dengan Covid-19 dalam kaca mata sebagian masyarakat bagaikan membuka kotak Pandora Wabah Covid-19. Rakyat diperhadapkan pada resiko penyebaran yang lebih dahsyat yang berefek pada meningkatnya beban kerja dan resiko yang dihadapi Tim Medis. Berdamai dengan Covid-19 berdampak terhadap tenaga kesehatan kita yang sudah cukup habis-habisan dalam beberapa bulan ini. Berdamai dengan Covid-19 beresiko mendongkrak angka penyebaran wabah, angka pasien dan angka kematian. Sekalipun dengan penerapan NORMAL BARU. Inilah yang menjadi kekuatiran tim medis dan sebagian rakyat yang selama ini telah bersiap untuk mendukung pemerintah melawan Covid-19. Spirit Fight Covid-19 dan tagline Lawan Covid-19 yang sempat menjadi sebuah harapan, menjadi pupus dengan berdamai. Tim Medis merasa tidak dihargai.
Oleh karena itu saya ingin mengingatkan kembali sebuah istilah Latin kuno; SI VIS PACEM PARA BELLUM. Jika anda ingin damai, maka anda harus bersiap untuk perang. (Istilah ini pernah saya posting di postingan saya sebelum ini dalam konteks yang berbeda).
Saya akhirnya berpikir, Pemerintah yang telah mengambil keputusan untuk BERDAMAI harus mempersiapkan diri BERPERANG menghadapi ancaman terdongkraknya angka penyebaran, angka pertambahan pasien dan angka kematian. Untuk itu pemerintah wajib menyusun strategi pencegahan terdongkraknya angka-angka tersebut. Selain itu, Pemerintah perlu mempersiapkan fasilitas-fasilitas kesehatan baru atau renovasi yang sudah ada, di lokasi-lokasi strategis di setiap daerah. Pemerintah perlu menyiapkan rumah-rumah singgah dan rumah-rumah isolasi yang memadai. Pemerintah juga harus menyiapkan alat-alat kesehatan yang diperlukan seperti ventilator serta obat-obatan yang dapat membantu meringankan gejala bagi pasien. Pemerintah juga perlu melakukan perekrutan relawan tenaga kesehatan untuk mengantisipasi beban kerja yang menumpuk dari Tim Medis yang ada. Bahkan pemerintah perlu memikirkan untuk memberikan jaminan berupa asuransi kesehatan bagi Tim Medis dan Tenaga Kesehatan serta Relawan. Jika semua ini dilakukan, saya yakin kekecewaan sebagian masyarakat dengan keputusan Pemerintah untuk berdamai dengan Covid-19 akan luntur.
Menurut hemat saya, pilihan apapun yang kita ambil, apakah berperang atau berdamai dengan Covid-19, peran dan semangat Tenaga Medis menjadi salah satu faktor yang sangatlah penting. Salah satu kunci kita mampu melalui badai wabah ini adalah dengan adanya tenaga medis yang handal dan tak kenal lelah untuk melayani. Mereka adalah garda terdepan kita. Oleh karena itu suara hati mereka penting untuk di dengar. Dengan demikian saya baru yakin kita akan mampu berdamai dengan Covid-19 dan menyambut NORMAL BARU dengan ketenangan dalam hidup kita kedepan.
Saya yakin kita bisa!