
JAKARTA – 27 Januari 2003, pagi-pagi kami menuju DPR RI Senayan. Sejak sehari sebelumnya kami sudah berada di jakarta. Biaya sendiri ataupun dibiayai, semuanya ingin menyaksikan langsung sejarah diketuknya Kota Tomohon Dan Kabupaten Minahasa Selatan.
Perjuangan yang cukup memakan waktu, tenaga dan dana yang tak sedikit, akhirnya akan segera terwujud. Saya bersama Bapak Drs. Hendrik Waworuntu asisten 1 Kabupaten Minahasa, Pdt Ganny Sondakh dan Ruddy Sumampouw, kami diterima Drs. Berny Tamara anggota komisi 2 di ruangannya.
Sekilas ada wajah khawatir terlihat di wajah anggota DPR RI utusan Sulut ini. Ketika diskusi, rupanya ada komitmen yang belum terselesaikan. Beberapa saat suasana cukup tegang, karena paripurna belum akan dimulai, mungkin tanpa ‘kode’ dari pak Berny.
Syukurlah setelah menerima telepon, akhirnya muka pak Berny cerah. Kamipun diajak untuk turun mengikuti sidang paripurna.
Ternyata di lobi depan ruang paripurna sudah terkumpul banyak orang dan secara khusus dari kawanua. Nampaknya sudah sangat sulit untuk masuk ke ruangan, tapi syukurlah pak Berny Tamara memegang tangan kami dan ikut dia masuk ruangan.
Walau hanya di lobi, tapi rasa senang dan bangga kami rasakan untuk jadi saksi hidup disahkannya Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota tomohon.
Keteganganpun kembali terjadi ketika pembacaan kota kabupaten yang akan dimekarkan untuk disahkan. Setelah ditunggu-tunggu akhirnya Tomohon dan Minsel disebut paling terakhir sebagai daerah pemerkaran dari provinsi Sulawesi Utara. Suara teriakan dan sukacita meliputi seluruh ruangan paripurna sampai di luar ruangan.
Akhirnya semuanya berfoto di tangga depan DPR RI sebagai bukti sejarah, kami para pejuang pemekaran dengan pemberian diri yang berbeda-beda bentuk dan bidangnya.
Semoga di HUT ke 14 ini CEP dan FDW serta JE dan SAS bisa membuktikan kerinduan masyarakat Minsel dan Tomohon, agar kesehjahteraan rakyat akan semakin baik dengan adanya pemekaran daerah ini menuju Sulut Hebat. Semoga…I Jajat U Santi…Cita Waya Esa. Dirgahayulah….. (Heard)