Gambar bisa berbicara banyak hal. Dalam teori komunikasi unsur visual atau penglihatan adalah salah satu metode efektif dalam mengerti sesuatu yang dipelajari. Dalam sejarah negara manapun banyak dikenal para pelukis handal yang mengekspesikan karyanya lewat gambar yang bisa diapresiasi oleh kalangan umum yang melihatnya. Seperti Pablo Picasso dari Spanyol, Leonardo Da Vinci dari Italia dan Indonesiapun punya Basuki Abdulah.
Pendidikan Pancasila sangat penting dalam bagi kalangan mahasiswa, apalagi di eranya generasi milenial. Apalagi pembelajaran ini diberi payung hukum dalam UU No. 12/2012, Pasal 35 ayat 3. Pembelajaran harus menyesuaikan dengan jaman ‘now’ sesuai ketertarikan dari mahasiswa, sehingga tak dikatakan mata kuliah gampangan atau ‘menyanyi’. Cara harus di update sesuai kondisi dan perkembangan jaman ini.
Berita Lainnya
Pengetahuan tentang Pancasila dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang mungkin dilakukan adalah seperti yang saya coba adalah dengan penugasan mengambar Pancasila secara pribadi apapun hasilnya. Kualitas gambar bukanlah tujuan dari pendekatan ini. Tetapi pemahaman tentang Pancasila dari mengambar itulah tujuan dari pendekatan pembelajaran cara ini.
Pendekatan untuk pemahaman kepada Pancasila banyak cara. Salah satunya dengan mengambar. Mengapa mengambar ? Mengambar membuat seluruh panca indra bekerja maksimal. Setiap bagian Pancasila akan tereksplorasi masuk dalam seluruh indra yang ada.
Mungkin ini adalah pendekatan unik, tapi mungkin bisa dicoba dalam dunia pendidikan, khususnya di Perguruan Tinggi. Sebagai dosen pengajar mata kuliah Pancasila salah satu metode yang coba saya coba adalah menugaskan mahasiswa untuk membuat gambar Pancasila. Hasil gambar Pancasila harus merupakan gambar tangan asli mahasiswa.
Dari berbagai gambar yang dibuat ternyata banyak hal yang didapati. Temuan dari gambar tugas yang dimasukkan menunjukkan 5 hal pola penghayatan Mahasiswa dengan Pancasila. Pertama tahu mengambar tak tahu filosofinya. Kedua tahu mengambar dan tahu filosofinya. Ketiga tidak tahu mengambar tapi mengerti filosofinya. Keempat Tak tahu mengambar dan tak tahu juga filosofinya. Kelima yang parah adalah mahasiswa tak memasukkan tugas gambar Pancasila.
Beberapa gambar Pancasila terlihat bagus. Ketika ditanyakan arti symbol-simbol dengan sila-silanya justru tak tahu. Ada juga yang gambar Pancasila bagus dan bisa menjelaskan hubungan dari arti dari symbol-simbolnya. Beberapa gambar yang tak bagus ternyata diimbangi pengetahuan yang minim dari mahasiswa tentang arti Pancasila secara keseluruhan.
Bagi sebagian mahasiswa memang sangat menyulitkan jika tak mempunyai kemampuan mengambar. Sehingga beberapa gambar yang masuk kemungkinan bukan digambar sendiri. Terlihat bagus dan hampir mirip gambar aslinya.
Mengambar mungkin hanya salah satu cara mendekatkan pemahaman mahasiswa dengan arti Pancasila sesungguhnya. Ketika mereka mengambar secara tidak langsung alam bawa sadar akan mengantar pelukisnya untuk mencari tahu apa yang digambarnya serta artinya.
Pancasila merupakan symbol dasar Negara Indonesia. Garuda merupakan burung. Beberapa daerahpun mengambil symbol dari burung, seperti Manguni atau burung hantu yang diambil beberapa daerah di Sulawesi Utara contohnya Minahasa dan Manado yang mengunakannya. serta Manokwari Papua Barat.
Beberapa Negara juga mengunakan burung sebagai symbol negaranya seperti Jerman dan Amerika Serikat , bahkan Mongolia dan Thailand mengambil symbol hamper sama dengan Indonesia.
Dari gambar tugas yang masuk banyak yang membuat saya tak bisa menahan tawa karena sangat tidak sama bahkan bukanlah sosok binatang burung. Memang bagus atau tidaknya tugas gambar Pancasila yang dimasukkan mahasiswa tidaklah menjadi tujuan utama. Yang jelas makna Pancasila bisa tertanam dipikiran mahasiswa dan dapat diimplementasikan di era milenial mereka.
Paling sulit kemungkinan gambar kepala Pancasila dan menyamakan jumlah bulu-bulunya. Contohnya bulu sayap yang harus 17, ekor 8 dan leher 45, sepertinya sangat sulit didapat pas. Jumlah bulu di leher dan ekor banyak yang tak bisa mengambar pas jumlahnya. Kesulitan tersebut dihadapi semua mahasiswa. Memang fakultasku bukan spesialis seni rupa. Tetapi dengan mengambar bisa menginspirasi makna dari Pancasila.
Secara jujur banyak pemahaman berbeda muncul ketika ditanyakan kenapa kepala Pancasila menghadap ke kanan ? Ada yang berangapan melihat ke masa depan atau ke arah kebaikan dan ada juga yang menjawab dengan canda bahwa burungnya malu jika difoto.
Makna Pancasila memang bukan hanya dari bisa mengambar lambangnya. Arti dan realisasi dalm kehidupan sehari hari itulah yang terutama. Pemahaman memang sangat penting untuk dihafal dan dimengerti. Sayang era jaman ‘now’ saat ini untuk menghafal sila-sila dari Pancasila sendiri banyak kalangan mulai dari pejabat tinggi sampai rakyat jelata sudah sering ditemui tak bisa menyebutkannya. Itupun saya dapati ada beberapa mahasiswa yang ternyata sulit menghafal urutannya. Bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng serta padi dan kapas sebagai simbol dari sila-sila sepertinya harus dilatih terus untuk mengingat dan menghubungkan dengan nilai-nilainya.
Beberapa pendekatan diperlukan untuk bisa disosialisasikan kepada rakyat yang ingin menghafalnya. Dengan menghayal tentu saja lebih mudah memahaminya jika dituangkan dengan gambar. Mengambar mungkin merupakan salah satu solusinya.
Mahasiswa mengambar Pancasila tentu bukanlah cara yang harus diwajibkan bagi kegiatan pembelajaran. Tapi hal ini patut dicoba untuk membuat lebih menarik akan proses pembelajaran mata kuliah Pancasila untuk mencapai tujuan perkuliahan. Sehingga kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa dalam perkuliahan sesuai jaman saat ini semakin digali dan dikembangkan.
Kognitif dalam mengambar akan mengantar mahasiswa semakin mengetahui lebih banyak symbol Pancasila tersebut. Arti dan makna simbol dan bagian gambar akan lebih diketahui mahasiswa, jika bisa mengambar sendiri. Pola pikir selama ini yang sudah memiliki ‘mental block’ bahwa Pancasila adalah bagian masa lalu dan tak cocok dengan masa kini langsung terbantahkan ketika berpikir sambil mengambar.
Afektif ketika mengambar adalah terbukanya rasa memiliki dan menghayati serta keinginan untuk mempraktekkan nilai-nilai dalam Pancasila. Hal yang tak pernah teralami sebelumnya, berupa emosi positif rupanya muncul saat mengambar, ujar beberapa mahasiswa menceritakan pengalaman mengambar Pancasila di rumah. Hal-hal tak terduga seperti kesadaran bahwa dasar Negara ini ternyata sarat maknanya akan ditemukan lewat mengambar.
Psikomotorik didapat dari mengambar, jika gambar dibuat sendiri, sehingga kontak dan sentuhan langsung pada kertas dan alat gambar dapat memberikan sensasi indah bagi mahasiswa bahwa Panasila itu dinamis dan menarik untuk dipelajari. Walau kerja fisik mayoritas hanya bagian tangan, tapi cukup memberi makna pada pengembangan kemampuan intelektual ini.
Jelas sesuai tujuan telah didapat hal yang menarik bahwa hasil evaluasi ketika mahasiswa dites lewat ujian tertulis menunjukkan Pancasila kembali dipahami dan bisa diapresiasi dalam kehidupan mereka, yakni dengan metode mengambarkannya secara pribadi.
Diakhir perkuliahan seluruh gambar yang masuk diseleksi untuk dicari beberapa yang terbaik. Selanjutnya gambar yang terpilih dibingkai. Gambar-gambar yang telah dibingkai dipasang kemudian di dinding-dinding ruangan perkuliahan yang ada. Sehingga salah satu luaran mata kuliah Pancasila ini adalah para mahasiswa dan dosen serta siapa saja yang mengunakan ruangan akan mendapatkan juga apresiasi tentang Pancasil. Hal ini bisa diketahui dengan melihat gambar Pancasila buah dari karya tangan asli para mahasiwa pengontrak mata kuliah.
“Ketika melihat lilin terbakar, jangan lihat sisanya tapi lihatlah apinya” ujar Soekarno presiden pertama RI dalam hal mengambarkan semangat perjuangan berdasar dari pemahaman Pancasila. Anggap saja mengambar Pancasila adalah salah satu api untuk dilihat sebagai salah satu cara mendalami Pancasila dan bisa mengimplementasikannya. Semoga.
#Heard Runtuwene
#Dosen MK Pancasila FPIK Unsrat