TONDANO – Belum Ada Kejelasan Izin Jurusan, Mahasiswa Farmasi Dan Geotermal Unima Serentak Berdemo Universitas Negeri Manado (Unima) kembali mendapat sorotan. Pasalnya masalah yang menimpa Unima semakin menumpuk. Sebelumnya, kasus Ijazah Bodong, izin Pendirian jurusan Ikatan Kesehatan Masyarakat (IKM) senter terdengar dan setelah Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memberikan izin, kini giliran konsentrasi Farmasi dan Geotermal yang mengalami hal yang sama.
Lagi-lagi permasalahan yang mencoreng nama baik institusi ini harus mengorbankan mahasiswa. Mahasiswa yang sudah berkuliah lima tahun lebih dengan biaya kuliah relatif tinggi. Itu belum ditambah dengan biaya magang bagi semester tujuh untuk konsentrasi farmasi yang melaksanakan magang di Universitas Santha Dharma.
Minimal biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 10 juta rupiah. Biaya yang mencekik bagi mahasiswa yang orangtuanya berpenghasilan menengah dan rendah, itupun masih di luar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Jika ditambah, bisa mencapai 15 Juta lebih bagi mahasiswa yang sudah berada di semester tujuh. Angka yang fantastis yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa farmasi untuk memperoleh pengalaman magang selama beberapa bulan.
Namun sayang, pemberhentian program studi farmasi secara komprehensif dan mahasiswa di transfer pada jurusan fisika sesuai rekomendasi dari pihak rektorat jadi batu sandungan yang mengubur mimpi mereka untuk memperoleh gelar akademik di konsentrasi farmasi.
“Saya sangat menyesal. Saya menyesal kuliah di Unima. Saya sudah semester sebelas, dan seharusnya sudah mendapat gelar sarjana sekarang. Tetapi permasalahan legalitas farmasi menghambat semua itu. Dan saya menyesal. Sementara, sekarang ini, pihak manajemen tidak mau melayani lagi mahasiswa, kecuali mereka yang mengurus untuk pindah jurusan atau pindah Universitas.
Dan, apa yang akan saya katakan kepada orang tua saya di kampung yang sudah keluarkan uang puluhan Juta?” Ujar Erna Yarnan, mahasiswa semester sebelas jurusan farmasi dengan sedikit emosional hari ini (26/09/2016) disela-sela demonstrasi depan kantor pusat Unima.
Mengacu pada surat edaran nomor 9271/UN41/PS/2016 yang ditandatangai oleh pembantu rektor I Unima, Prof. Dr. Deitje Katuuk, M.Pd tertanggal 30 Agustus 2016 yang dilayangkan kepada dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unima, yang mana Pelaksana Harian (PLH) Rektor Unima, Prof. Dr. Djamal Wiwoho, SH, M.Hum, berbekal arahan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa Perguruan Tinggi tidak melaksanakan perkuliahan konsentrasi di bawah program studi.
Dan mahasiswa yang berkuliah disebuah konsentrasi akan di alihkan ke program studi terdekat (Ilmu kimia.red) dan pihak rektorat akan mempermudah penyelesaian administrasi atau berkas-berkas dan nilai akan di konversi di jurusan yang di ambil. Anehnya, dengan sistem konversi demikian, tidak memberikan solusi yang tepat, malahan melenceng dari prinsip-prinsip dan etika akademik.
Kenyataanya, mata kuliah fisika dan farmasi jauh berbeda. Begitupula dengan program studi Geotermal, yang selama ini sudah dikonversi. Meski bahan ajar geotermal juga belajar dasar-dasar fisika, namun tidak berarti bahwa mahasiswa geotermal mau begitu saja di pindahkan. Memang selama ini, yang diketahui oleh mahasiswa bahwa Farmasi dan Geotermal adalah sebuah jurusan bukan konsentrasi. Inilah yang menjadi masalah. Begitupula mengenai lempar isu izin IKM, harusnya, pimpinan jurusan farmasi dan geotermal sudah harus ikut mengurus izin di kementrian, bukan sekarang saat isu itu kian senter.
Dengan demikian, farmasi adalah sebuah konsentrasi dibawah ilmu fisika, begitupula dengan geotermal, yang ijasahnya tercetak jurusan ilmu fisika. Tidak secara spesifik menunjukan sebuah jurusan. Namun, berbeda dengan Geotermal, sampai hari konsentrasi farmasi Unima ini belum berhasil mengeluarkan lulusannya karena masalah aturan.
Hal itu seperti yang diterangkan oleh Pembantu Rektor I Unima, Prof. Dr. Deitje Katuuk, M.Pd di hadapan pendemo beberapa waktu lalu. “Sudah ada memoratorium dari Kementrian. Kemarin ada teman-teman yang sudah mewakili, dan Ibu sudah jelaskan bahwa konsentrasi farmasi itu ada dibawah satu prodi yang berijin, yakni kimia. Tidak ada prodi atau jurusan farmasi, yang ada adalah prodi kimia yang membawahi konsentrasi farmasi. Itu mata-mata kuliah farmasi yang pada waktu itu banyak diminati” Ujar mantan dekan FIP Unima ini kepada puluhan mahasiswa farmasi yang berdemo setelah kurang lebih dua jam duduk dan berorasi.
Ketika ditanya terkait dengan biaya kuliah dan biaya magang yang tergolong mahal, Prof Deitje hanya berkata kalau itu termasuk pungutan liar “Itu termasuk dalam kategori pungutan liar” Tandasnya Ironisnya, solusi yang diberikan pihak rektorat Unima bagi mahasiswa tidak responsif dan tak ada indikasi tanggungjawab yang konkret.
Rektor Unima sebelumnya telah menjanjikan pengkajian masalah terkait konsentrasi farmasi dan juga prodi-prodi lain yang bermasalah. Namun sampai hari ini belum ada solusi yang dirasa adil dan menguntungkan bagi sebagian mahasiswa. “Apa-apaan kampus ini. Apa dorang mo pindah jurusan? Nda salah itu? Kami farmasi dikase pindah fisika atau kimia? Mo pindah jurusan mana kasiang? Mata pelajaran farmasi jauh berbeda dengan fisika atau kimia. Kampus nda bertanggungjawab sekali. Kong kiapa dorang terima torang waktu lalu?” Tutur Giseli Tampa kesal yang adalah mantan mahasiswa farmasi, yang kini telah pindah ke UKIT (Univeristas Kristen Indonesia Timur) Tomohon saat di depan kantor pusat.
Meskipun sudah pindah Universitas, namun Giselli tetap ikut berdemo, karena baginya, ini bukan hanya masalah legalitas, aturan dan lain sebagainya, tetapi sudah jadi masalah masa depan seseorang “Mungkin yang dapa dengar hanya dari mereka yang pindah jurusan atau univeristas. Tidak terdengar dari mereka yang berhenti kuliah.
Karena itu, biar so pindah, saya tetap ikut mengawal. Karena saya kesal dan juga peduli atas institusi ini” Tuturnya Mahasiswa yang kesal kemudian menuntut pengurusan izin secepatnya, jika tidak, mahasiswa akan terus melaksanakan demonstrasi dengan tuntutan yang sama. Karena bagi mereka, lima tahun waktu produktif mereka kuliah, nyatanya selama itu mereka di tipu, konsuekensinya adalah ganti rugi atas biaya yang sudah dikelurkan selama itu.
Tanggal 13 September lalu menjadi moment ketika dimulai aksi demostrasi oleh mahasiswa dan mahasiswi Farmasi. Lagi-lagi mereka hanya mendapatkan janji pengkajian dari rektor Unima yang baru Prof. Dr. J. P.A Runtuwene, MS, DEA. Ia mengatakan akan mengkaji permasalahan ini karena alasan beliau baru 6 hari bertugas. “Akan dikaji ulang. Karena saya baru enam hari bertugas.” Ujar rektor namun bukannya pengkajian yang terjadi, akibatnya, kurang lebih 24 jam pernyataan itu keluar dari mulut Rektor Unima mahasiswa malah sudah tidak dilayani lagi pihak kampus, apalagi pihak manajemen farmasi.
Yang dilayani hanya mahasiswa yang akan mengurus berkas untuk pindah jurusan ataupun pindah universitas, sedangkan yang memilih untuk tetap bertahan di farmasi Unima tidak akan dilayani lagi. Mendapati kabar tersebut, Aliansi Mahasiswa Peduli Farmasi kembali melaksanakan demo di depan Gedung rektorat Unima pada 22 September 2016 sampai dengan hari ini.
Mereka menyayangkan keputusan pihak kampus Unima yang terkesan lepas tanggungjawab. Iss perwakilan anggota aliansi yang membuka orasi saat tiba di gedung rektorat menjelaskan bahwa mereka kembali turun aksi karena keputusan yang dikeluarkan oleh pihak kampus Unima dirasa sangat merugikan mahasiswa farmasi.
Menurutnya pihak Unima telah lalai dan terkesan tidak bertanggungjawab pada mahasiswa, baik melalui legalitas sampai pada pengetahuan soal aturan-aturan standar pendirian sebuah program studi, konsentrasi maupun jurusan “Unima sudah melakukan penipuan jangka panjang, karena kalau kita kaji lagi surat edaran yang ditanda tangani Oleh Pembantu Rektor Satu dengan Nomor surat 9271/UN41/PS/2016, di situ dijelaskan bahwa sesuai arahan Kemenristekdikti, Perguruan Tinggi tidak melaksanakan perkuliahan konsentrasi di bawah program studi.
Nah, mana mungkin Unima tidak tahu soal aturan itu, jadi selama lebih dari lima tahun Unima telah melakukan penipuan kepada mahasiwa farmasi karena selama ini perkuliahan konsentrasi itu tidak memiliki landasan hukum” Senada dengan itu, Septian Paat, salah satu orator berjanji akan terus melaksanakan demostrasi sampai izin prodi farmasi itu keluar.
Baginya, biarpun berbulan-bulan mereka laksanakan demostrasi, itu tidak jadi masalah jika dibandingkan dengan waktu maksmimal yang mereka laksanakan selama berkuliah. “Kami akan terus menduduki gedung rektorat Unima sampai ada kepastian soal pengurusan izin. Meskipun berbulan-bulan di sini itu tak sebanding dengan waktu kami yang terbuang percuma selama lebih dari lima tahun, lebih dari lima tahun kami ditipu” Tuturnya Lebih lanjut.
Septian juga mengatakan bahwa Unima nyatanya mau mengajarkan mahasiswa untuk menipu karena akan mengkonversi nilai mahasiswa farmasi ke ilmu kimia, yang mana jelas-jelas dua program studi yang berbeda. “Nilai mereka akan dikonversi, tapi apa mungkin? Sedangkan banyak sekali mata kuliah yang berbeda jauh antara farmasi dan ilmu kimia” lanjut Septian. (Wirnobungkul)