SULUT – Menjadi Gubernur adalah hak setiap orang yang memenuhi syarat. Tapi bagi cucu mantan Gubernur, Taufik Tumbelaka siapapun Gubernur berikut Harus Punya Kejelasan Langkah Pembangunan.
Berikut catatan menarik dari Taufik untuk sang Gubernur nantinya berdasar pada kenangan kepada Opanya yang pernah menjadi gubernur.
Ada banyak pihak yang menawarkan diri (baca: bukan memberi diri) untuk menjadi Gubernur Sulut. Tapi pertanyaanya apakah mereka siap menjawab tantangan zaman. ??
Kisah masa lalu, seorang laki-laki belum berusia 40 tahun bernama Frits Johanes Tumbelaka (lebih dikenal Broer Tumbelaka) datang ke kota Manado, propinsi Sulawesi, pada 5 Januari 1960 untuk misi sangat rahasia. Penyelesaian Pergolakan Permesta.
Pasca pertemuan pertama di kediaman keluarga Polii, desa Matungkas – Tonsea , Sulawesi dengan Tokoh Besar Permesta, Daniel Joelius Somba, Joes Somba. Tiba-tiba muncul Propinsi baru bernama Sulaweai Utara Tengah (Sulutteng). Dan mengejutkan Broer diminta menjadi Wakil Gubernur. Dia menolak langsung didepan Jenderal Abdul Haris Nasution (Jenderal Nas), namun tetap dipaksa untuk menjadi Wagub Sulutteng dengan tugas khusus di bidang keamanan, mendampingi Gubernur Sulutteng, AA Baramuli.
Wagub Sulutteng, Broer Tumbelaka melanjutkan upaya Matungkas dan melalui 10 kali perundingan dengan para Tokoh Besar Permesta, tugas selesai. Permesta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi pada 4 April 1961. Jenderal AH Nasution dan Jenderal Ahmad Jani memberi apresiasi luar biasa kepada Wagub Sulutteng.
Seiring berjalan waktu, pada 1962, Gubernur Sulutteng, AA Baramuli diganti, dan Broer Tumbelaka diminta menjadi *Penjabat* Gubernur Sulutteng. Tidak bwaktu lama, Broer Tumbelaka kemudian diangkat menjadi Gubernur Sulutteng (definitif).
Apa yang dilakukan Broer Tumbelaka.??
Dia keliling hampir semua daerah, bahkan sampai perbatasan Sulutteng dan Sulawesi Selatan- Tenggara. Bahkan pernah selama sekitar 6 jam naik kuda dan berjalan kaki masuk pedalaman di wilayah Sulawesi Tengah.
Lalu dia melakukan keputusan.
1. Penyelesaikan Pemberontakan Darul Islam (DI) di wilayah Sulawesi Tengah. Berhasil, Pimpinan Pemberontak menyerh kepada Gubernur Tumbelaka (bulan kepada Pangdam Merdeka, Brigjend. Soenandar Pridjosoedarmo) dalam suatu upacara penyerahan puluhan senjata milik DI.
2. Membangun Universitas Tadulako di Palu.
3. Membangun Stadion besar di Tahuna, Sangir Talaud (Satal).
4. Membuat pesta olah raga se Sulutteng di Tahuna dalam upaya mempersatukan para Pemuda di Sulutteng.
5. Membangun pelabuhan Bitung melalui Pusat dan di ‘komandani’ orang hebat, Ir. Loah dan di bantu khusus Bupati Minahasa, Frits Sumampow.
6. Meminta bantuan Pangdam Merdeka (melalui Jenderal Nasution dan Jenderal Ahmad Jani) membuat jalan tembus ke Bitung.
7. Dan lainnya.
Tujuan upaya itu adalah mengajak para Tokoh Sulutteng waktu itu guna membuat propinsi yang bernama Sulawesi Utara.
Frits Johanes Tumbelaka, selaku Gubernur Sulutteng dan merangakp Ketua DPRD. Sulutteng bersama-sama para Tokoh mengajukan pemintaan pemekaran propinsi, menjadi Sulut dan Sulteng.
Jenderal Nasution dan Jenderal Ahmad Jani mendengar dan membantu memperjuangkan. Sejarah mencatat, 23 September 1964, lahir UU Nomor 13 tahun 1964, dasar propinsi Sulawesi Utara lahir.
Broer Tumbelaka diminta memilih, Gubernur Sulaweai Utara atau Gubernur Sulawesi Tengah (dalam persiapan). Melalui banyak pertimbangan, Pusat meminta Tumbelaka menjadi Gubernur pertama Sulawesi Utara merangkap Ketua DPRD pertama Sulawesi Utara.
Waktu berjalan, secara tiba-tiba Broer Tumbelaka meminta berhenti dari jabatan Gubernur Sulawesi Utara. Alasannya, pertama, masalah kesehatan dan kedua merasa tugas sudah selesai. Tujuan datang ke Manado cuma menyelesaikan pergolakan Permesta.
Pusat setuju, Pangdam Merdeka, Brigjend Soenandar P ditunjuk menjadi *Penjabat* Gubernur Sulawesi Utara. Tumbelaka diminta kembali menjadi Gubernur Sulawesi Utara, tapi dia menolak.
Kemudian ditunjuk *Penjabat* Gubernur Abdullah Amu. (Oom Amu adalah andalan Broer Tumbelaka dibidang Pemerintahan). Lalu Tumbelaka diminta kembali menjadi Gubernur, untuk kedua kalinya dia menolak. Dia memilih tinggal di sebuah rumah kecil (240 meter persegi) pemberian Kementrian Dalam Negeri, dipinggiran Jakarta yang 2 km berjalan tanah dan tidak ada listrik Lalu terjadi pemilihan Gubernur Sulawesi Utara dengan 2 calon utama HV Worang dan Frits Sumampow. Sejarah mencatat, HV Worang menjadi Gubernur Sulawesi Utara setelah *Penjabat* Gubernur Amu.
(Ada sejarah yang tidak pernah terangkat saat terjadi pemilihan Gubernur antara HV. Worang dan Frist Sumampow, silahkan tanya kepada senior Didi Sumampow 🙏)
Saya mau garis bawahi, coba cermati apa yang Broer Tumbelaka lakukan pada saat Tuhan Yesus memberi kesempatan berkarya di Sulawesi Utara dalam waktu singkat, tidak sampai 5 tahun.
Kalau ada yang bilang luar biasa, itu karena di memakai “RING 1” yang benar-benar hebat.
Selain seorang perwira tentara cerdas, Nico Manembu dan lainnya. Broer Tumbelaka memasang 4 serangkai anak muda hebat.
1. Drs. Abdulah Mokoginta, dikemudian hari menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Utara (masih hidup di usia sekitar 85 tahun)
2. Drs. Parawansa, dikemudian hari menjadi Sekda Sulawesi Selatan dan Dirjen Pembangunan Daerah Depdagri.
3. Drs. Soeprapto (orang Jawa Tengah) dikemudian hari menjadi Wakiil Gubernur Jawa Timur
4. Galib Lasahido, dikemudian hari menjadi Gubernur Sulawesi Tengah.
Meraka semua Spri dari Broer Tumbelaka.
Salah 1 ajudan sipil, Max Lalamentik, dikemudian hari menjadi Pejabat eselon II Pemprop Sulut.
Pertanyaanyanya apakah puluhan RING 1 Gubernur Sulut lebih baik dari 4 serangakai pemuda andalan Gubernur Tumbelaka.??
Pemimpin yang baik, menempatkan RING 1 dari yang dianggap terbaik sesuai kebutuhan DIA dan kebutuhan TUGAS-TUGASnya.
** 4 Serangkai itu hampir setiap hari berdiskusi dengan Gubernur Tumbelaka
** Konon 4 serangkai itu lulusan UGM Jogyakarta.
** Dulu Sulawesi Utara disingkat Sultara.