Tangerang Selatan , (30/52018) – Mahalnya biaya pendidikan banyak menjadi penyebab terjadinya putus sekolah di negara ini.
Di sekolah negeri biaya pendidikan dasar mungkin tidak begitu berat karena subsidi, namun untuk sekolah swasta berbeda. Biaya pendidikan pada umumnya cukup tinggi.
Berita Lainnya
Kebutuhan operasioanal bisa saja menjadi penyebab. Tapi bagi sekolah berorientasi Kristen bagaimanapun biaya pendidikan perlu di tekan seminimal mungkin.
“Sekolah berorientasi Kristen hendaknya dapat menekan biaya pendidikan. Karena misi pelayanan di bidang pendidikan adalah menjadi garam dan terang dunia. Artinya bisa berdampak, di rasakan langsung banyak orang, “ujar Ketua Yayasan Betesda Indonesia, Pdt Wilhelmus Latumahina di Tangerang Selatan , Rabu (30/5/2018).
Latumahina mengatakan, sekolah Kristen harus bisa terjangkau dan nikmati masyarakat ekonomi lemah. Intinya jangan kedepankan bisnis dan keuntungan.
“Saya kira kalau memang ada niat bisa. Contoh Yayasan Betesda Indonesia yang di dirikan sejak tujuh tahun lalu, mengelola pendidikan taman bermain, TK, SD dan SMP. Memang selalu ada pergumulan soal kebutuhan operasional, tapi syukur dengan menerapkan biaya pendidikan murah, sampai sekarang semua bisa berjalan baik, bahkan bisa berprestasi dan penghargaan pemerintah “lanjutnya.
SDS Betesda Indonesia tidak hanya menerapkan biaya pendidikan terjangkau, tapi juga menjadi sekolah ramah anak. Mereka merasa sekolah seperti rumah mereka dan lingkungan mereka. “Kami sudah bertekat sekolah ini harus ramah anak. Mereka tidak boleh di sakiti baik secara fisik maupu mental. Di samping itu
sejak awal anak-anak sudah di tanamkan tentang nilai kejujuran, disiplin, cinta dan hormat pada orang tua, “jelasnya.
Selanjutnya, Pdt Wilhelmus Latumahina, mengaku kaget saat di beri tahu menjadi tuan rumah deklarasi sekolah ramah anak. “Kaget dan bersyukur, ternyata pemerintah melihat apa yang kami kerjakan. Kami sungguh berterima kasih kepada Ibu Menteri PPPA Yohana Yambise, pemerintah Tangerang Selatan lewat Wakil Walikota Bapak Benyamin Davnie yang sudah hadir mempercayakan Yayasan Betesda Indonesia, “kata Wilhelmus.
Di ketahui Yayasan Betesda Indonesia, menjadi tuan rumah pilot projec Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) untuk deklarasi sekolah ramah anak (SRA) untuk Provinsi Banten. pada Jumat (25/5/2018). SDS Betesda Indonesia di pilih bersama 14 sekolah lainnya.
Menteri PPPA Yohana Yambise pada kesempatan itu mengatakan sekolah kedepankan kembali sekolah yang ramah bagi anak. Tidak boleh lagi terjadi kekerasan di sekolah.
“Sekolah perlu kedepankan interaksi positif. Tidak boleh terjadi lagi kekerasan di sekolah, baik dari orang tua, guru. Marah apalagi cubit tidak bisa. Sekarang anak-anak sudah di lindungi dengan undang-undang perlindungan anak, “ujar Menteri Yohana saat deklarasi SRA, Jumat (25/5/2018) lalu.
Sementara itu Kepala sekolah SDS Betesda Indonesia, Anastasia Supriati menambahkan sejak awal berdiri sampai saat ini kebijakan sebagai sekolah ramah anak sudah menjadi komitmen hal yang di kedepankan. (4RL)