Manado.- Manjadi Contoh ! itu yang pantas disematkan kepada Kota Manado, sebagai kota Paling Toleran di Indonesia berdasarkan penilaian Setara Institut. hingga menarik perhatian berbagai daerah lain di Indonesia, Salah satunya Pemerintah Kabupaten Bantul, Provinsi Jogjakarta yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Kota Manado yang rukun meski berbeda suku, agama, ras dan antar-golongan.
Bertempat di Ruang Paripurna DPRD Manado Rabu (28/02/18) Staf Ahli Walikota Manado bidang Ekonomi dan Pembangunan Drs Heri Saptono dan Kepala Bagian Pemerintahan dan Hubungan Masyarakat Kota Manado Steven Runtuwene SSos menerima Rombongan Pemerintah Kabupaten Bantul Provinsi Jogjakart.” “Kami sangat tertarik dengan Kota Manado yang ditetapkan sebagai kota paling Toleran di Indonesia. Kedatangan kami ingin mengetahui apa saja yang dilakukan pemerintah Kota Manado dalam menjaga dan menciptakan kerukunan di Kota Manado,” ujar Asisten Administrasi dan Kemasyarakatan Pemkab Bantul Drs Totok Sudarto MPd, selaku pimpinan rombongan, didampingi Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Bantul Dra. Annihayah M.Eng. Menurutnya, Pemkab Bantul.
“Mengapresiasi predikat Kota Manado sebagai kota Paling Toleran di Indonesia. Pasalnya, sekarang ini ancaman disintegrasi bangsa dan intoleran masih menjadi pekerjaan rumah yang harus disikapi dengan serius. Sementara”,Ujarnya
Staf Ahli Walikota Drs Heri Saptono, mewakili Walikota Manado DR Ir GS Vicky Lumentut SH MSi DEA, menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Pemkot Manado dalam menciptakan kehidupan yang rukun dengan menjaga toleransi ditengah masyarakat. “Pak Walikota Vicky Lumentut dengan jargon Manado Rumah Kita Bersama tidak pernah membeda-bedakan suku, agama, ras dan sebagainya Sehingga, di Manado tidak ada orang Jawa, atau orang Sumatera, orang Papua dan lainnya.
Yang ada adalah semua orang Manado asal Jawa, orang Manado asal Sumatera, orang Manado asal Papua dan seterusnya,” jelas Saptono, seraya mengatakan jika hari raya keagamaan para pemuda ikut menjaga tempat ibadah. “Kalau Idul Fitri pemuda-pemuda gereja menjaga pelaksanaan shalat ied, begitu juga jika hari raya Natal, pemuda remaja masjid ikut pula menjaga gereja. Hal yang sama pula dilakukan kepada umat beragama lainnya,” tandasnya. Kabag Pemerintahan dan Humas Steven Runtuwene SSos
Sehingga, di Manado tidak ada orang Jawa, atau orang Sumatera, orang Papua dan lainnya. Yang ada adalah semua orang Manado asal Jawa, orang Manado asal Sumatera, orang Manado asal Papua dan seterusnya,” jelas Saptono, seraya mengatakan jika hari raya keagamaan para pemuda ikut menjaga tempat ibadah. “Kalau Idul Fitri pemuda-pemuda gereja menjaga pelaksanaan shalat ied, begitu juga jika hari raya Natal, pemuda remaja masjid ikut pula menjaga gereja. Hal yang sama pula dilakukan kepada umat beragama lainnya,” tandasnya. Kabag Pemerintahan dan Humas Steven Runtuwene SSos
Lanjutnya seperti dikatakan Walikota Vicky Lumentut, di Manado ada tiga pilar yang ikut mengawal kota ini tetap aman yakni pemerintah, rohaniawan dan pers. “Pemerintah tugasnya membangun infrastruktur kota, rohaniawan membangun spiritual masyarakat, sedangkan rekan-rekan Pers membantu menyebarluaskan pembangunan yang dilakukan di Kota Manado agar diketahui publik,” tukas Runtuwene. Tampak hadir mendampingi Pemkot Manado sejumlah.jurmalis yang biasa meliput di Pemkot Manado.