MANADO – Kasus bullying beberapa tahun terakhir semakin meningkat, Menurut data Unicef tahun 2021, Afrika mencatat kejadian bullying tertinggi pada anak (47%), disusul Amerika Latin (35%), Eropa dan Asia Tengah (32%), dan Indonesia (21%). Ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat tertinggi untuk bullying di kalangan anak usia 13-15 tahun atau berusia remaja.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sepanjang tahun 2023 terdapat sekitar 3.800 kasus bullying yang mayoritas terjadi dalam lembaga pendidikan, sehingga kejadian bullying di Indonesia dianggap sebagai kondisi darurat. Data yang diambil langsung peneliti dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kota Manado, dari tahun 2021 hingga 2023, terdapat 57 kasus kekerasan terhadap anak, termasuk bullying.
Tingginya kasus bullying tersebut, dinilai perlu pencegahan untuk mengurangi angka kejadian tersebut.
Hal itu mendorong Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) melalui Program Kreativitas Mahasiswa tingkat Nasional melakukan sebuah penelitian untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal suku Minahasa, yaitu filosofi “Sitou Timou Tumou Tou” yang memiliki arti manusia hidup untuk memanusiakan orang lain, yang dalam hal ini dapat digunakan sebagai pencegahan bullying pada remaja, khususnya di Sulawesi Utara.
Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa Unsrat ini, diketuai oleh Oktavian Gabriela Wowiling dan beranggotakan Chatleya Purnomo, Veronika Undap, Renaldi Worang, Theresa Bauda serta didampingi oleh Ns. Septriani Renteng, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.
Hasil temuan dalam penelitian tersebut, yaitu perilaku bullying pada remaja di Kota Manado menunjukkan dari total 427 remaja sebagai responden mayoritas melakukan bullying relasional dengan kategori tinggi dengan persentase (13,3%), diikuti bullying verbal (3,5%), cyberbullying (2,8%), dan bullying fisik (1,2%).
Penelitian ini juga menemukan tujuh nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi Sitou Timou Tumou Tou suku Minahasa. Ketujuh nilai tersebut yaitu Matulung-Tulungan artinya saling menolong, Maupus-Upusan artinya saling mengasihi, Masigi-Sigian yaitu saling menghargai. Kemudian Matombo-Tombolan artinya saling membantu, Mapalus artinya saling bekerjasama, Maleo-Leosan yakni saling berdamai dan Maesa-Esaan yakni saling bersatu.
Berdasarkan penelitian, nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi Sitou Timou Tumou Tou suku Minahasa itu penerapannya dinilai relevan dalam membentuk karakter anak yang mampu menciptakan lingkungan yang aman dan saling mendukung sehingga dapat menciptakan karakter anti bullying.
“Semoga melalui penelitian ini dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia untuk melibatkan dan mengangkat kembali nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk karakter generasi muda yang berkualitas sesuai dengan budaya Indonesia,” tukas Oktaviani Gabriela Wowiling selaku ketua tim.
Untuk informasi lebih lanjut terkait hasil penelitian tersebut bisa diakses melalui IG (@pkmrsh_sitoutimoutumoutou), Tiktok ini (pkmrshsitoutimoutumoutou), FB (Sitou Timou Tumou Tou). (Via)