Beberapa kali saya berupaya untuk bertemu dan mewawancarai Irjen Pol. Dr. Benny Mamoto, SH, MH belum membuahkan hasil. Terakhir, rencana untuk menemui Benny –sapaan akrabnya – Sabtu (15/6) lalu, kembali gagal. Padahal sebagai seorang jurnalis, saya sangat berkeinginan untuk mewawancarai Benny Mamoto secara eksklusif.
Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan langsung. Pertama, tentang kemungkinannya untuk ikut bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulut 2015 mendatang. Pasalnya beberapa tahun terakhir ini, nama Benny Mamoto digadang-gadang oleh warga Sulut untuk ikut suksesi pesta demokrasi di Bumi Nyiur Melambai. Bahkan dalam suatu kesempatan Gubernur Sulut Dr. Sinyo Harry Sarundajang pernah menyampaikan bahwa Benny Mamoto adalah satu putra terbaik Sulut yang bisa menjadi pemimpin daerah ini.
Hanya saja, saya belum pernah membaca dan mendengar langsung keinginan jenderal bintang dua ini untuk mencalonkan diri di pilgub mendatang. Kalau pun ditanya wartawan atau siapa saja, jawabannya diplomatis. Apalagi setelah terpilih sebagai Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) November 2012 lalu, mantan interpol ini disebut-sebut makin berpeluang untuk menjadi kandidat orang nomor satu di Sulut. Entah benar atau tidak, kisruh di kepengurusan KKK dilatarbelakangi juga oleh muatan-muatan politis yang bertujuan menjegal langkahnya ke kursi Gubernur Sulut.
Kedua, apa benar kiprahnya di Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (ISBSU) murni demi kebudayaan Sulawesi Utara? Pasalnya, terdengar selentingan yang menyebutkan ISBSU merupakan salah satu “kendaraan” untuk menuju suksesi politik di Sulut. Saya yakin, kabar burung di atas sempat mampir di telinga Deputi BNN ini. Namun, ibarat pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, Benny Mamoto tetap pada pendiriannya untuk memberi kontribusi pada pelestariannya budaya Sulut. Dalam beberapa kesempatan di event seni dan budaya, Benny hampir selalu mengatakan kepeduliannya terhadap seni dan budaya tanpa dilatarbelakangi oleh kepentingan-kepentingan pribadi.
Apa pun yang dikatakan orang, kepeduliannya terhadap seni dan budaya di Sulut patut diancungi jempol. Saya kebetulan di awal 2013, menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pa’Dior, Tompaso, Minahasa. Di lokasi ini, terdapat Museum Pinawetengan, Galeri Kain Pinawetengan, aula dan penginapan. Termasuk sejumlah alat musik tradisional raksasa yang berhasil mencatatkan 7 rekor dunia dan puluhan rekor muri. Sebuah prestasi dan prestise yang layak diapresiasi.
Saya terkesan setelah melihat langsung dokumentasi sejumlah event seni dan budaya yang diprakarsai Benny Mamoto. Sebuah pencapaian luar biasa dari usaha dan kerja keras. Hanya sedikit warga Sulut yang memiliki kerinduan memberi diri demi seni dan budaya Sulut. Rela mengorbankan waktu, tenaga dan uang untuk berinvestasi di bidang yang tidak berorientasi profit. Pa’Dior yang dibangun oleh usaha sendiri ini mungkin bisa dibilang salah satu warisan seni dan budaya yang tak ternilai.
Di mata orang-orang dekatnya, Benny Mamoto lebih dikenal sebagai pria yang tegas, disiplin namun bersahaja. Dia juga sosok yang jauh dari kesan angkuh. Hampir setiap setiap bulan, dia berkunjung ke daerah asalnya. Sering tanpa pengawalan. Lebih senang naik kendaraan jenis Avanza dan Inova.
Dari orang-orang yang bekerja di Pa’Dior, saya mengetahui jika Benny Mamoto lebih memilih menginap di tempat kediamannya di lokasi Pa’Dior yang sederhana. Dia juga tak sungkan-sungkan untuk memegang mesin pemotong rumput untuk membersihkan halaman. Hingga dalam beberapa kesempatan, beberapa warga yan ingin bertamu salah menduga. Kesempatan pulang kampung ini dimanfaatkannya untuk beribadah di gereja-gereja di sekitar kediamannya dan menghadiri undangan dari keluarga atau kerabatnya.
Saya juga banyak mengenal sepak terjang Benny Mamoto dari layar kaca, media cetak dan internet. Terutama dalam kiprahnya di Interpol dan BNN. Sejak menjabat Direktur Badan Narkotika Nasional (BNN), dia sering menghiasi rupa-rupa media. Termasuk sebelumnya saat dipercayakan bertugas di Interpol.
Pria bernama lengkap Benny Josua Mamoto ini merupakan alumnus Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, dengan gelar sarjana yang ia dapatkan pada tahun 1992. Sebelumnya dia sudah terlebih dahulu menempatkan diri di Pendidikan AKABRI Kepolisian pada 1977. Setelah lulus dari Universitas Krisnadwipayana ia kemudian melanjutkan studinya di Universitas Indonesia, mengambil program S2 dalam bidang Kajian Ilmu Kepolisian dan berhasil lulus pada tahun 2002. Ia pun resmi mendapatkan gelar doktor di bidang yang sama di Universitas Indonesia pada tahun 2008. Benny Mamoto yang sampai saat ini masih menjabat direktur penindakan dan pengejaran di BNN dikenal sebagai sosok yang profesional dan loyal terhadap masyarakat. Sejumlah penghargaan seperti penghargaan seperti Satya Lencana Kesetiaan, Bintang Bhayangkara Nararya disematkan kepada Benny Mamoto.
Biodata Benny Mamoto
Nama Lengkap : Benny Josua Mamoto
Agama : Kristen
Tempat Lahir : Manado, Sulawesi Utara
Warga Negara : Indonesia
Pangkat: Irjen Pol
PENDIDIKAN
Pendidikan AKABRI Kepolisian (1977)
S1 Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana (1992)
S2 Kajian Ilmu kepolisan Universitas Indonesia (2002)
S3 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia (2008)
KARIR
ADC Sekjen Dewan Hankamnas
Kabag Reserse Ekonomi Polda Jawa Barat
Kepala Sekolah Menembak Perbakin
Atlet menembak nasional RI/Polri
Ka Unit I/Keamanan Negara
Wakil direktur II/Ekonomi & khusus Bareskrim Polri (2006)
Wakil Sekretaris NCB-Interpol Indonesia (2007-2009)
Direktur Badan Narkotika Nasional (2009-sekarang)
Ketua Institut Seni Budaya Sulut (ISBSU)
Penghargaan Yang Pernah Diterima Benny Mamoto
- Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun
- Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun
- Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun
- Bintang Bhayangkara Nararya
Itulah profil singkat Benny Mamoto, jendral bintang dua yang oleh masyarakat Sulawesi Utara dikenal sebagai pribadi yang giat melestarikan seni dan budaya di Sulawesi Utara