
Sangihe – Meldy Barik, ketua Kelompok nelayan Depanda, kampung Petta timur, Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulut mengakui kesulitan untuk menentukan lokasi keberadaan ikan. Sehingga membuat dirinya dan nelayan lainnya, melakukan spekulasi dengan berpatokan pada alam.
Dengan adanya bantuan peralatan dari salah satu hamba Tuhan. Ia mengakui sangat membantu nantinya dalam pencarian ikan. “Kami mendapatkan 1 unit Garmin Fishfinder dan Styrofoam box untuk menyimpan ikan,” ungkap Barik kepada awak media, Sabtu (19/11/2022).
“Kami sangat bersyukur dan berterimakasih karena dengan adanya alat garmin ini maka bisa membantu pencarian titik ikan nantinya,” tuturnya.
Ia berharap dengan adanya alat ini bisa menambah penghasilan mereka, dan bisa memasok ikan yang mereka dapat ke pasar-pasar yang ada di Kabupaten Sangihe.
“Semoga juga kesejahteraan ekonomi nelayan Depanda bisa meningkatkan dengan pendapatan ikan yang kami dapat nantinya,” cetusnya.
Melihat Pulau Sangihe dari dekat.
Terletak di ujung utara Indonesia, berdiri sebuah kabupaten yang tengah menjadi perbincangan hangat terkait isu tambang emas. Wilayah ini menyimpan banyak potensi, mulai dari pariwisata, kekayaan biota hingga sumber daya alam (SDA) berupa cadangan emas yang diperkirakan jumlahnya melimpah ruah.
Meskipun lokasinya berada wilayah terluar Nusantara, namun kabupaten ini memiliki potensi yang amat bernilai bak permata di ujung utara Indonesia.
Namanya Kepulauan Sangihe, secara admisitratif kabupaten ini masuk wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2000.
Sangihe terdiri dari 105 pulau (27 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni) dan 15 kecamatan. Ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah Tahuna. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.013 kilometer persegi, dan berpenduduk sebanyak 139.262 jiwa (data BPS 2020).
Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak di antara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao, Filipina, serta berada di bibir Samudera Pasifik. Wilayah kabupaten ini meliputi 3 klaster, yaitu Klaster Tatoareng, Klaster Sangihe dan Klaster Perbatasan, yang memiliki batas perairan internasional dengan provinsi Davao del Sur, Filipina.
Wilayah kepulauan itu juga dihuni berbagai macam hewan, anggrek, kupu-kupu, serta biota bawah laut. Terdapat pula burung langka seriwang sangihe, atau yang disebut masyarakat lokal sebagai manu’ niu. Burung itu hanya ada di Pulau Sangihe.
(Nzo)