PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA PESERTA DIDIK KELAS III SD NEGERI 2 KOSIO
OLEH : NI LUH AYU RATNA, S.Pd
Berita Lainnya
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan masalah yang ditemukan di kelas III bahwa peserta didik mengalami kesulitan mempelajari Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia Tema 2 “Menyayangi Hewan dan Tumbuhan” subtema 4 “Menyayangi Hewan” pembelajaran 1, sehingga menyebabkan hasil belajar mereka rendah. Identifikasi masalah menunjukkan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik yang memiliki preferensi belajar kinestetik di kelas kurang mendapatkan layanan belajar sesuai dengan preferensi belajaranya sedangkan, akar permasalahannya adalah guru kurang tanggap dalam memberikan pelayanan pembelajaran pada peserta didik dengan preferensi belajar kinestetik tersebut. solusi untuk menyelesaikan masalah ini adalah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut (Sofyan & Komariah, 2016:263) pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah strategi pembelajaran yang “menggerakan” siswa belajar secara aktif memecahkan masalah yang kompleks dalam situasi realistik. Menurut Duch dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa pengertian dari model Problem Based Learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Model penelitian yang dilakukan adalah one group pretest-posttest design. Hasil penelitian diambil dari capaian hasil pretest 10% peserta didik yang mencapai KKM dan setelah dilakukan perlakuan pembelajaran berbasis masalah capaian hasil posttest meningkat 80% secara klasikal. Kesimpulannya adalah dengan penerapan PBL dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi Kelinci Kesayangan Dayu.
1. Pendahuluan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan salah satu modal siswa untuk memajukan pembangunan dan lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan pengetahuan dan potensi yang dimiliki siswa. Lembaga pendidikan sangat berperan berkaitan dengan pentingnya meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap kualitas pendidikan, salah satunya pada pengajaran Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia SD adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia Proses menulis meliputi tiga aspek, yaitu menulis, mengeja,dan mengarang. Seperti diketahui di kelas-kelas pemulaan SD ( kelas I-III) kesulitan yang banyak dialami oleh anak- anak adalah dalam menulis. Setiap kurikulum berganti selalu menekankan pengembangan kemampuan mengarang( menuangkan gagasan dan pikiran) harus diajarkan atau dilatihkan sejak dini misalnya mendeskripsikan benda dan binatang secara tertulis, menuliskan suatu peristiwa secara sederhana, menulis surat sederhana untuk teman.Namun pada penelitian ini hanya menganalisis kesulitan menulis yang lebih mendasar dan yang paling banyak dialami pada kelas- kelas permulaan yaitu menulis.
Kemampuan menulis tidak berdiri sendiri,melainkan saling berhubungan dengan kemampuan lain yaitu membaca, berbicara dan menyimak.Baik menulis maupun ketrampilan lainnya memiliki fungsi untuk manusia dalam mengkomonikasikan pesan melalui Bahasa.
Pesan yang menjadi isi sebuah tulisan itu dapat berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan atuapun informasi tentang sesuatu. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi untuk menulis namun tidak setiap orang dapat menyampaikan pesan melalui tulisan. Siswa di sekolah dasar memiliki potensi yang sama untuk menulis, namun tidak setiap siswa memiliki ketrampilan menulis yang sama.
Agar dapat menulis dengan baik, diperlukan beberapa jenis ketampilan antara lain kemampuan mengorganisasikan pendapat, mengingat,membuat konsep,dan mekanik ( tata tulis). Ketrampilan minim yang harus dikuasai setiap orang antara lain menulis nama dan identitas diri, mengisi berbagai formular.
Penelitian ini mengaplikasikan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) karena menurut Fitri (2013) merupakan suatu model pembelajaran yang memfokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan pemecahan masalah khususnya masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model PBL ini menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat juga membuat perubahan dalam pembelajaran terutama pada peran guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas untuk menjelaskan secara keseluruhan materi tetapi pada model PBL guru hanya membantu dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah (Wulandari, 2013, p. 181) merupakan pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran. PBL menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang muncul. Selain itu, Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk kerja sama yang baik antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya dalam menemukan dan memahami konsep tersebut. Menurut I wayan Dasna, PBL merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah kasus tertentu dan kemudian di analisis lebih lanjut guna untuk ditemukan masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa”. Sejalan dengan hal tersebut menurut Wiantinaisyah (2013) “Problem Based Learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru-baru”.Model pembelajaran berbasis masalah adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah faktual sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran”
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah: Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Sugiyono (2013:107) menyatakan, bahwa metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan.
Penelitian ini desainnya berjenis one group pretest-posttest design, menurut Arikunto (2010:124) mengatakan bahwa, one group pretest-posttest design adalah kegiatan penelitian yang memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan barulah memberikan tes akhir (posttest). Setelah melihat pengertian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaansebelum diberikan perlakuan. Penggunaan desain ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca siswa padapembelajaran mengidentifikasi unsur kalimat efektif pada teks eksposisi sebelum dan sesudah dan sesudah diberikan perlakuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 (Semester Ganjil) yang berlokasi di SD Negeri 2 Kosio Kabupaten Bolaang Mongondow yang berlokasi di Jl. Werdhi Agung Selatan Kecamatan Dumoga Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Populasi pada penelitian ini yaitu kelas III SD Negeri 2 Kosio Kabupaten Bolaang Mongondow yang berlokasi di Jl. Werdhi Agung Selatan Kecamatan Dumoga Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara pada tahun ajaran 2022/2023. Pengambilan sampling menggunakan Teknik sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, berbeda dengan sensus yang mana sensus populasinya besar. Sedangkan sampling jenuh menggunakan populasi yang relatif kecil meskipun keduanya sama sama menggunakan seluruh populasi untuk dijadikan sample. Kelebihan dari Teknik sampling jenuh adalah mudah, praktis, murah dan tidak memerlukan waktu untuk pengumpulan data sampel. Sementara kelemahan dari Teknik sampel jenuh adalah tidak cocok untuk populasi dengan anggotanya yang besar sehingga hanya cocok untuk kelompok populasi kecil. siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, observasi, dan dokumentasi. Metode tes digunakan untuk mengetahui data hasil belajar tematik. Tes dalam penelitian ini berbentuk soal uraian yang memuat lima soal. Observasi dilakukan pada penelitian dilaksanakan untuk mengetahui permasalah yang teridentifikasi pada SD Negeri 2 Kosio Kabupaten Bolaang Mongondow yang berlokasi di Jl. Werdhi Agung Selatan Kecamatan Dumoga Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Data kemampuan awal kelas kontrol diperoleh dengan menggunakan metode tes awal/pretest.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning terhadap kemampuan belajar peserta didik. Pembelajaran pada kelas menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dilanjutkan evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tes uraian. Tujuan dari pemberian tes tersebut yaitu untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik.
Pada tes awal sebelum perlakuan, dari 10 peserta didik kelas III SD NEGERI 2 KOSIO, keseluruhan peserta didik telah mengerjakan soal pre test bentuk soal isian. Dari data yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa, jumlah peserta didik yang berhasil mencapai KKM 75/100 sebanyak 8 peserta didik (20%), dan sebanyak 2 peserta didik lainnya (80 %) belum berhasil mencapai KKM. Secara klasikal, pencapaian masih di bawah 60%, dengan nilai tertinggi 100/100 dan nilai terendah 40/100 sedangkan rata-rata pencapaian skor adalah 65/100.
Setelah perlakuan pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) dan dilaksanakan post test, di dapat data test yang telah dikerjakan oleh peserta didik, sebanyak 8 anak (80%) telah berhasil mendapatkan nilai diatas.
KKM (75/100) dan 2 anak (20%) yang belum berhasil tuntas (masih dibawah kkm). Secara klasikal, pencapaian kompetensi telah mencapai 75%, dengan nilai tertinggi 100/100 dan nilai terendah 60/100.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas III SD Negeri Toraut Kabupaten Bolaang Mongondow. Peningkatan aktivitas belajar Bahasa Indonesia dapat terlihat dari hasil observasi aktivitas belajar peserta didik bahwa rata-rata persentase capaian belajar klasikal Bahasa Indonesia peserta didik pada pre test sebesar 35%, sedangkan pada rata-rata persentase capaian belajar Bahasa Indonesia siswa setelah perlakuan dengan cara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) , pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebesar 90%. Hasilnya mengalami peningkatan sebesar 65 %. Selanjutnya dilakukan analisa pre test dan post test yang telah dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan:
Penggunaan model PBL pada pembelajaran tema Tema 2 “Menyayangi Hewan dan Tumbuhan” subtema 4 “Menyayangi Hewan” pembelajaran 1 tentang menyayangi hewan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas III SD Negeri 2 Kosio, hal ini dibuktikan dengan peningkatan capaian hasil belajar klasikal yang meningkat sebesar 65% menjadi 90%. Dimana hal itu menunjukkan adanya peningkatan signifikan atas perbandingan nilai pretest dan posttest setelah perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran.
Untul lebih lengkap silahkan download file pdf di bawah ini: