MANADO – Penggunaan alat pembakar sampah (incenerator) yang berlokasi di kantor kecamatan Wanea ternyata mendapatkan kecaman dari warga sekitar.
Dalam kegiatan turun lapangan (turlap) yang diadakan personil Komisii III DPRD Manado, Meity Rumangkang salah satu warga yang berdomisili di sekitar kantor kecamatan Wanea, merasa terganggu dengan pengoperasian incenerator di daerahnya.
“Awalnya sempat dibangun di kintal kosong depan rumah kami. Namun karena mendapatkan penolakan warga jadi lokasinya dipindah ke halaman kantor camat, otomatis kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Meity Rumangkang dihadapan personil komisi III dan sejumlah wartawan, Selasa (25/3/2020).
Dia mengatakan, di kompleks nya banyak anak kecil dan merasa terganggu dengan aroma sampah saat pembakaran berlangsung.
“Waktu lalu saat dioperasikan, lalar biru (lalat biru, red) lari kerumah kami, dan aromanya sangat menganggu. Belum juga bahaya yang ditimbulkannya oleh alat ini,” katanya.
Selain itu, lokasi rumahnya yang hanya berjarak puluhan meter dari mesin pembakar sampah ini, mengaku takut dengan bahaya yang akan ditimbulkan.
“Di komplek kami ada dokter dan perawat. Mereka tahu bahaya yang ditimbulkan oleh alat ini, makanya mereka salah satu warga yang menolak dengan alat ini,” jelasnya.
Insinerator sendiri, seperti dilansir dari situs greeneration.org merupakan alat pembakaran sampah yang sudah digunakan sejak puluhan tahun lalu oleh beberapa negara di Eropa.
Namun fakta yang didapatkan, bahwa Insinerator ini membahayakan masyarakat. Dikutip pada laporan Greenpeace pada tahun 2011, bahwa masyarakat yang tinggal dekat insinerator berpotensi terkena bahan kimia berbahaya melalui udara yang tercemar atau hasil pertanian (sayuran, telur dan susu) yang terkontaminasi. Semua porses pembakaran sampah ini menghasilkan dioxin yang berkarakteristik persisten,bioakumulatif, dan karsinogen, terutama jika sampah yang dibakar menagndung chlorine. Baik pembakaran sampah skala kecil, sedang maupun besar semua menghasilkan dioxin, yang berbeda hanay konsentrasi dan waktu pelepasannya saja.
Lalu apa saja yang sebenaranya di lepas lewat udara, abu, abu terbang dan slag insinerator ini?
Partikel Nano, partikel berukuran kecil akan tetap tinggal di dalam limbah dan udara,masuk dengan mudah ke paru-paru dan aliran darah. dampakpartikelnano terhadpa kesehaan dan lingkungan masih banyak yang tak diketahui.
Gas Rumah Kaca (GRK), Karbon dioksida, nitrogen monoksida, sulfur oksida dan gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari proses insinerasi.
Senyawa Organik Volatil, Bahan volatil berpotensi menjadi bahan berbahaya bila bergabung dengan kimia-kimia lainnya.
Dioxins dan Furans, bahan penecemaran lingkungan yang persisten dan merupakan produk samping proses insinerasi penyebab kanker, kelainan sistem saraf dan gangguan kesehatan lainnya.
Logam-logam berat,bahan pencemaran lingkungan termasuk merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu) dan Seng (Zn).
Kerugian apa lagi selain bahan-bahan yang lepas dari Insinerator tersebut?
Gas buang dari proses pembakaran berpotensi mencemarkan lingkungan karena kandungan bahan beracun seperti substansi dioksin
Gas buang merupakan pembwa sebagian besar CO2 penyebab pemanasan global
Abu yang tersisa dari pembakaran mencapai 20% dari sampah yang dibakar ini termasuk juga kategori limbah B3, penggunaan insinerator tidak menjadi alternatif untuk landfill, namun justru dibutuhkan landfill khusus untuk limbah B3.
Unsur merkuri akan trelepas ke udara dalam bentuk uap yang terbawa pada gas buang.
Berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dilengkapi degan pengolahan gas buang. Pembakaran sampah yang mengandung bahan atau limbah kimia akan melepaskan kandungan kadmium, timbal atau bahan-bahan yang berpotensi sebagai pencemar lingkungan.
Diperlukan peralatan pengolah gas buang yang basah setelah proses pembakaran karena gas yang basah ini akan dapat merusak atau sebagia gas destruktif apabila lepas ke udara, oleh karena itu dihitung sebagai tambahan biaya dalam pemakaian incenerator
Berpotensi pencemar emisi partikulat karena kandungan abu yang besar.
Jadi masihkan memilih Insinerator sebagai solusi persampahan Indonesia. (Auddy Manoppo)