
K-Pop dan drama Korea begitu merasuki sendi-sendi kehidupan remaja di Indonesia, dan remaja di Manado juga turut di dalamnya. Bukan saja budaya Korea, tapi berpakaian ala Beverly Hills 90210 (Serial tv tahun ’90an dari Amerika) pun telah menginvasi cara berpakaian remaja putri di kota Manado saat ini. Kepalang tanggung, kita ATM saja kebudayaan Korea. ATM = Amati Tiru dan Modivikasi, dari pada menyalahkan, dan mencari kambing siapa yang hitam, bagaimana kalau Sulawesi Utara belajar dari Korea Selatan. Jangan tunggu Indonesia, kalau PemProv bisa kenapa harus tunggu kebijakan pemerintah pusat?
Korea dijajah oleh Jepang selama 35 tahun, dan akhirnya setelah Sekutu menang perang pada perang dunia II, Korea pun terbebas dari penjajahan Jepang pada 15 Agustus 1945, hanya selisih 2 hari dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kalau ibarat lomba, Korea dan Indonesia bisa dikatakan start bersamaan. Kedua negara hancur-hancuran di jajah, dan harus membangun bangsa untuk menjadi lebih baik. Saya tidak membahas di sini tentang perang saudara yang melanda semenanjung Korea, yang kemudian melahirkan Korea Utara (Komunis) dan Korea Selatan. Toh dalam perang saudara tersebut, Korea Selatan bisa jauh meninggalkan Indonesia, baik dari sisi ekonomi, sosial, apalagi kebudayaan.
Saat ini K-Pop, games, drama Korea dan juga teknologinya, berhasil menembus pasar Eropa dan Amerika, apalagi Indonesia, tumbus-tumbus leh. Korea Selatan berhasil mengekspor industri kreatif, termasuk di dalamnya juga budaya ke berbagai penjuru dunia, dan menghasilkan pemasukan bagi negara mereka sekitar 35 triliun.
Berita Lainnya
Seperti yang saya kutip dari artikelnya Suryono Brandoi Siringo-ringo di kompasiana.com, dimana prediksi pendapatan Korea dari ekspor budaya pop , musik, drama dan games di seluruh dunia pada tahun 2011 berjumlah 3,8 milyar atau 35 triliun, meningkat 14% dari tahun 2010.
K Pop juga mendongkrak cita pariwisata Korea. Kini jutaan orang tertarik mengunjungi Korea termasuk ke Pulau Nami di propinsi Gangwon-do yang menjadi lokasi shooting Winter Sonata, drama Korea yang ngetop tahun 2002. Dulu pulau kecil itu sepi , jumlah pengunjungnya 200.000 per tahun . Kini pengunjungnya rata-rata 1,6 juta per tahun.
Tapi apakah itu semua disapat dengan mudah? Tunggu dulu kawan, masih kutipan dari artikelnya Suryono Brandoi Siringo-ringo di kompasiana[dot]com. Kim Hyun -Ki, Direktur Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta, bercerita , pada awalnya pemerintah Korea berperan banyak.
Sekitar 20 tahun lalu, misalnya pemerintah memberi beasiswa besar-besaran pada artis dari berbagai bidang seni untuk belajar di AS dan Eropa. Dari program-program itu lahirkan artis-artis berpengalaman. Kata Yon – Jae kwon semua artis K Pop digembleng selama 6 bulan hingga 1 tahun. dan bisa menghabiskan dana sampai US$400K (sekitar Rp 3,7 miliar). Korea kini memetik hasil dari keseriusan menggarap industri pop mereka.
Jadi, apakah hal seperti ini bisa diadopsi oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Utara? Amati, tiru, dan modiviksi, itu saja. Tidak usah berpikir untuk melewati, tapi kalau pun memang sanggup untuk lebih kreatif, akan lebih baik lagi. Belum terlambat untuk SULUT mulai merintis masa depan penuh harapan. Pahlawan kebanggan masyarakat SULUT, Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi sudah menanam akan satu filsafat dan prinsip hidup yang luar biasa bagi kita semua, “Si Tou Timou Tumou Tou”, manusia hidup untuk menghidupi (sesama) manusia. Tinggal bagaimana pemerintah, dan kita semua sebagai masyarakat SULUT mengimplementasikan filsafat tersebut untuk membangun bersama Sulawesi Utara dan NKRI.