Manado – SeputarSulut. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara sudah final dan mengikat. Sudah menjadi takdir sejarah Pancasila dan UUD 1945 menjadi faktor yang mempersatukan Indonesia dengan berbagai latar keragamannya yang unik. Apa yang di sepakati para pendìri bangsa itu karena jiwa besar mereka sebagai negarawan yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.
Indonesia adalah satu satunya negara di dunia dengan keragaman suku, budaya serta agama dengan segala kekayaan sumber daya alam luar biasa sebagai anugerah Tuhan. Sebagai Bangsa besar, sudah sepatutnya bangga dengan berkat luar biasa yang diberikan Tuhan.
Memang akhir-akhir ini ujian terhadap kebhinekaan, Pancasila sebagai dasar negara mengalami ujian, tapi itu tidak lantas membuat komitmen masyarakat di Sulawesi Utara termasuk di Tompaso luntur.
Sebaliknya masyarakat Nyiur Melambai harus membuktikan mampu membumikan Pancasila, dan menjadi pelopor kebhinekaan, UUD 1945 dan NKRI. Sesungguhnya masyarakat itu
adalah benteng Pancasila, penjaga ideologi bangsa.
Hal itu katakan Anggota MPR RI Djendri Keintjem, SH, MH saat berdialog dengan sekitar 200 orang terdiri dari para tokoh agama, tokoh masyarakat, beberapa Hukum Tua dan Camat di Desa Kamanga, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, Jumat (29/9) lalu.
Saat di wawancara via telepon genggam, Minggu malam (1/10) Keintjem mengatakan sosialisasi 4 Pilar MPR itu ( sebelumnya di sebut 4 pilar kebangsaan), sangat penting dilakukan. Apalagi saat ini goyangan terhadap ideologi negara kembali menguat. Di sisi lain kekuatan kelompok radikal intoleransi semakin terang-terangan.
Keintjem yang juga anggota Komisi bidang pertahanan mengatakan, masyarakat Sulawesi Utara harus terus di bekali dan diperkuat kembali soal falsafah negara, agar tidak mudah goyah.
“Masyarakat Sulut sejak dulu sudah di kenal sangat toleran dan begitu tinggi komitmennya soal Pancasila. Tidak hanya itu sejak awal bangsa dan negara ini hadir, para tokoh dari Sulawesi Utara seperti Om Sam Ratulangi, L N Palar, A.A. Maramis telah berjuang sepenuhnya untuk Indonesia, “ujar Keintjem.
Karena itu lanjutnya, orang Minahasa dan warga Sulawesi Utara saat ini punya kewajiban meneruskan dan menjaga komitmen tokoh Minahasa saat itu. Caranya adalah membumikan dan menjaga Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI sampai kapanpun.
Di sisi lain, Akeman salah seorang masyarakat yang hadir pada kegiatan tersebut merasa gembira
. Menurut dia tantangan terhadap negara saat semakin kompleks. “Kegiatan seperti ini adalah kebutuhan bangsa kita saat ini, termasuk kami yang Tompaso. Kami seperti tercerahkan kembali, “ujar Akeman via telepon genggam kepada Seputarsulut. (drl).