Jakarta – Tensi politik Ibu kota negara Republik Indonesia, makin memanas. Situasi ini tidak terlepas dari agenda demokrasi yaitu pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada tahun 2017 nanti.
Memang hasil dari beberapa lembaga survei saat ini masih menempatkan Pehana Basuki Tjahya Purnama atau lebih akrab di panggil Ahok sebagai kandidat paling kuat. Mundurnya beberapa figur yang dianggap mampu menyaingi Ahok seperti Tri Risma Walikota Surabaya dan Ridwan Kamil Walikota Bandung, seakan membuat membuat Ahok makin di atas angin. Namun pengamat politik Universitas Indonesia Kenly Poluan, MSi mengatakan dalam politik itu segala sesuatu bisa terjadi.
Strategi pemenangan dari masing-masing kandidat akan jadi faktor yang sangat berpengaruh. “Memang saat ini Pak Ahok sangat kuat, tapi itu tidak menjadi satu kepastian beliau adalah pemenang nanti. Apalagi waktu masih panjang. Dapur tim pemenangan masing-masing kandidat akan sangat berpengaruh,” ujar Poluan, mantan Ketua DPP GMKI. Lebih lanjut Poluan mengatakan, kandidat seperti Adhiyaksa Dault, Yusril, Roy Suryo, Nahrowi Ramli, Sandiaga Uno atau Djarot Saefullah yang bisa saja di usung PDIP masih sangat berpotensi menang.
“Calon seperti Pak Adhiyaksa dan saya sebut tadi jangan di anggap remeh. Contoh Pak Adhiyaksa itu punya basis kuat jaringan KNPI dan bisa juga Cipayung. Kalau dimaksimalkan ini akan jadi mesin politik yang sangat kuat. Sikap Pak Ahok memilih jalur perseorangan bisa jadi kekuatan atau bisa juga jadi bumerang Pak Ahok sendiri,” tambah mantan Ketua SMPT UNIMA ini.
Di sisi lain Nikson Gans Lalu, SH staf dosen Universitas Kristen Indonesia (UKI), berpandangan bahwa DKI Jakarta harus di pimpin oleh figur nasionalis religius, dan figur itu ada pada sosok Adhiyaksa Dault. “Jakarta ini ibukota negara, juga miniatur Indonesia. Karena itu figur pemimpinnya harus seorang yang nasionalis juga religius, paham kultur politik dan budaya di Jakarta.
Saya melihat figur itu ada pada Bung Adhiyaksa,” kata Nikson. Pengalaman organisasi sebagai ketua DPD KNPI DKI Jakarta, Ketua Umum DPP KNPI dan Menteri Pemuda dan Olahraga adalah parameter terukur dari Ketua Kwarnas Pramuka ini sebagai figur nasionalis religius.
“Saya kira sudah menjadi bukti yang tidak perlu diragukan lagi. Kalau ada yang menganggap beliau tidak nasionalis itu hanya upaya untuk menjatuhkan secara tidak sehat,” tambah mantan Sekjen DPP GAMKI ini. Sementara Victus Murin mantan Sekjen Presidium GMNI menilai sosok Adhiyaksa sangat tepat memimpin Jakarta.
“Tanpa bermaksud mengenyampingkan kandidat lain, saya rasa Bang Adhiyaksa sangat cocok. Beliau punya kharakter tegas dan konsep yang bagus, dan tetap santun dan. Dalam pengambilan keputusan lugas, selalu mengedepankan komunikasi dan aspirasi dari bawah. Itu saya alami saat mendampingi beliau ketika menjadi Menpora. Beliau juga sangat bersih dari korupsi,” tambah Victus. Menyangkut opini yang berkembang bahwa Adhiyaksa anti Kristen, Victus mengaku heran Pak Ahok bisa berkata seperti itu.
“Saya heran Pak Ahok bisa berkata begitu, beliau tidak pernah berkata seperti itu tapi Pak Adhiyaksa sudah klarifikasi juga. Selama menjadi Menpora beliau membuat program, setiap hari Jumat yang Muslim sholat Jumat yang Kristen Ibadah Oikoumene. Tiap tahun di kirim 2 orang, yang Katolik ke Lourdes tempat ziarah umat Katolik di Prancis dan yang Protestan ke Yerusalem. Sementara untuk yang Muslim umroh ke Mekah. Jadi kalau dikatakan seperti itu tidak benar. Pak Dr James Tangkudung staf ahli Kemenpora juga tahu siapa Adhiyaksa,” jelas Victus. (lrd).