![]()
REMAJA BAGI KRISTUS : Melanjutkan Api Panggilan Pelayanan yang Berdampak*
(Suatu Refleksi untuk Konsultasi KPRS GMIM Tahun 2025)
Oleh: Pnt. Dwight Mooddy Rondonuwu
Pembina Remaja GMIM
(Ketua KPRS GMIM 2014–2018)
MANADO – Dalam semangat panggilan yang terus menyala sebagai pembina remaja GMIM seumur hidup, saya menyambut dengan syukur dan sukacita diselenggarakannya Konsultasi Tahunan KPRS GMIM 2025 pada 3–4 Oktober 2025 di Wilayah Manado Timur II dan V. Agenda tahunan ini bukan hanya forum teknis dan administratif, melainkan wadah pembaruan rohani dan strategis bagi seluruh pelayan remaja GMIM lintas aras jemaat, wilayah, hingga sinode untuk kembali meneguhkan arah, mengevaluasi langkah, dan menyusun lompatan pelayanan ke depan.
Konsultasi ini adalah bagian dari perjalanan panjang pelayanan remaja GMIM yang sejak tahun 1990 di Palelon, Modoinding, telah memberi ruang refleksi dan kebersamaan rohani bagi para pembina remaja. Namun, tonggak pembaruan pelayanan yang paling strategis dimulai pada tahun 2014, ketika dalam Sidang Sinode GMIM di Tomohon, ditetapkanlah visi: “Remaja bagi Kristus” (Teens for Christ), disertai misi untuk menjadikan remaja yang berakar, bertumbuh, dan berbuah bagi Kristus. Visi-misi ini mulai diimplementasikan sejak Konsultasi Tahunan KPRS 2015 di Wilayah Tomohon III, dan sejak itu menjadi fondasi teologis dan arah pelayanan yang terus diwariskan.
Namun, di tengah dunia yang terus berubah cepat digitalisasi, arus sekularisasi, dan krisis identitas di kalangan remaja, pertanyaan besarnya adalah: apakah visi besar ini masih dihidupi dengan sungguh-sungguh? Apakah pelayanan remaja GMIM benar-benar berdampak dan relevan?
Rasul Paulus dalam 1 Timotius 4:12 memberi pesan mendasar:
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan…”
Pesan ini tidak hanya relevan secara pribadi bagi remaja, tapi juga menjadi seruan kolektif bagi gereja: bahwa generasi muda bukan sekadar objek pelayanan, tetapi subjek yang harus dibentuk, dimampukan, dan diberi ruang menjadi teladan di tengah jemaat dan masyarakat.
Riset Barna Group (2023) mengungkap bahwa remaja Kristen yang dibentuk dalam komunitas yang konsisten, memiliki pendampingan spiritual yang kuat, dan terlibat dalam pelayanan yang bermakna, cenderung memiliki iman yang lebih tahan uji dan berkontribusi secara sosial. Di sisi lain, data menunjukkan bahwa pelayanan remaja yang hanya fokus pada kegiatan sosial atau seremonial tanpa pembinaan karakter dan kedalaman rohani, berisiko kehilangan dampak jangka panjang.
Karena itu, penting bagi Konsultasi Tahunan ini untuk menjadi forum evaluasi yang jujur dan terarah. Evaluasi bukan sekadar laporan jumlah kegiatan atau kehadiran, tetapi menyentuh hal esensial:
• Apakah tujuh (7) bidang pelayanan KPRS (PELSIS, APIM, TIK, PELITBANG, PMB, MeP, P3SDM) sungguh menjawab kebutuhan remaja masa kini?
• Apakah 12 koordinatorium berjalan sesuai arah dan sinergi dengan aras wilayah dan jemaat?
• Apakah tersedia alat ukur (tools) yang objektif dan terintegrasi untuk menilai capaian setiap bidang dan wilayah pelayanan?
Sebagaimana ditegaskan oleh Craig Van Gelder, teolog gereja dan misiolog, dalam bukunya The Ministry of the Missional Church (2007):“Gereja yang tidak mampu mengevaluasi dirinya akan kehilangan arah dan relevansi terhadap dunia yang terus berubah.”Artinya, pelayanan remaja tidak cukup hanya bertahan dalam semangat, tetapi perlu perangkat evaluasi dan inovasi yang terstruktur dan spiritual.
Sebagai gereja yang menganut sistem Presbiterial Sinodal, pelayanan remaja GMIM seharusnya menjadi contoh pengorganisasian yang efisien, dengan kepemimpinan yang kuat namun tetap melayani. Model “servant leadership” atau kepemimpinan yang meneladani Kristus yang rendah hati, visioner, dan mampu menggerakkan potensi perlu menjadi semangat setiap pelayan, bukan hanya di sinode, tapi sampai ke aras jemaat.
Kita tidak boleh puas hanya dengan “aktivitas ramai”. Pelayanan yang berdampak adalah pelayanan yang membentuk karakter, memperkuat iman, dan menghasilkan buah yang nyata dalam kehidupan remaja: di keluarga, sekolah, media sosial, hingga dalam komunitas bangsa. Inilah bentuk konkret dari remaja yang menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-16) remaja yang bukan hanya aktif, tapi mengakar dalam firman dan hidup dalam Kristus.
Akhirnya, saya mengajak seluruh peserta konsultasi, para pengambil keputusan, dan seluruh pembina remaja GMIM untuk melihat Konsultasi Tahunan 2025 ini sebagai momentum penting dalam semangat Ecclesia Reformata Semper Reformanda ; gereja yang terus diperbaharui. Mari kita nyalakan kembali semangat pelayanan yang berdampak, bukan hanya untuk tahun depan, tetapi untuk membentuk generasi remaja yang siap menjadi berkat bagi gereja dan bangsa.
Selamat berkonsultasi.
Remaja bagi Kristus, sekarang dan selamanya!
Tuhan memberkati pelayanan kita semua. Viva Remaja GMIM. To God be the glory