Hari pertama di bulan September tahun 2014, sekitar pukul 16.30 warga Amurang dikejutkan dengan penemuan bom aktif peninggalan perang dunia. Anto, warga desa Lolak yang saat itu sedang bekerja sebagai operator alat berat dalam proyek pelebaran jalan trans Sulawesi, terkejut ketika tanpa sengaja alat berat yang sedang dioperasikannya menyentuh sebuah benda yang kemudian diketahui adalah sebuah bom aktif.
Terkejut dengan penemuan tersebut, para pekerja proyek langsung melaporkan kejadian tersebut kepihak kepolisian maupun pihak TNI. Tak menunggu waktu yang lama petugas keamanan langsung terjun kelokasi penemuan bom aktif yang berada di Kelurahan Ranomea Kecamatan Amurang Timur.
Begitu tiba di tempat penemuan bom dan memastikan bahwa bom tersebut masih dalam keadaan aktif, pihak kepolisan langsung memasang garis polisi. Aparat TNI yang berada di tempat tersebut mengatakan bahwa diperkirakan bom aktif tersebut mempunyai panjang 125cm dengan lingkaran sekitar 40cm.
Meskipun para petugas keamanan yang berada di tempat tersebut telah berusaha menghalangi masyarakat untuk tidak mendekat di lokasi yang telah dipasangi garis polisi, namun rasa penasaran warga untuk bisa melihat dari dekat bom aktif yang ditemukan, mampu mengalahkan ancaman keselamatannya. Warga Amurang yang mengetahui penemuan bom aktif terlihat terus berdatangan kelokasi penemuan bom yang berada tak jauh dari jembatan Ranomea.
Penemuan bom aktif yang berada tepat dilokasi pelebaran jalan ditambah dengan banyaknya warga yang ingin melihat dari dekat membuat jalan trans Sulawesi mengalami kemacetan. Bahkan antrian kendaraan dari arah pusat kota Amurang ke arah Manado sudah mulai dari depan SMU Negeri 1 Amurang.
Menurut warga Ranomea yang sempat berbincang dengan saya dilokasi sekitar penemuan bom, ini merupakan kali kedua ditemukannya bom aktif dikelurahan Ranomea. Beberapa tahun sebelumnya, warga juga pernah menemukan bom aktif disekitar pekuburan kelurahan Ranomea, ucap ketiga ibu-ibu paruh baya yang berbincang-bincang dengan saya.