Sinopsis Ekakarsa Toroan Waya, arahan Muhammad Ade Rudiana.
Seperti serumpun bambu, meskipun kuat dan banyak tunasnya tetapi satu jua tanahnya. Itulah lukisan masyarakat Sulawesi Utara yang menjadi salah satu “paduraksa” kerukunan di Indonesia.
Ekarasa Toroan Waya adalah wujud dari satu kehendak untuk mencapai tujuan bersama membangun kehidupan yang sejahtera. Kekuatan sendiri tak mampu mencapainya, maka kekuatan TUHAN yang Maha Esa berharga, seperti terangkai dalam ‘SASAMBO’ (nyanyian etnik suku Sangihe) diiringi tabuhan ‘TAGONGGONG’ untuk mengungkapkan kemahakuasaan TUHAN sebagai sumber segala berkat.
Tak terjumlahkan berkat TUHAN di bumi Nyiur Melambai, satu di antaranya adalah kedinamisan masyarakat Sulawesi Utara dalam membangun kebersamaan. Berkat ini yang harus dilestarikan turun temurun dan diwujudkan dalam berbagai media kehidupan, termasuk musik dan tari. Kedinamisan itu bergulir dari waktu ke waktu dan terpatri dalam jiwa setiap insan, di dua sisi, yaitu sakral seprti tari ‘GUNDE’ (tari tradisional suku Sangihe) yang melukiskan pemujaan terhadap TUHAN yang Maha Esa dan profan tercermin pada tari ‘TETENGKORAN’ sebagai lukisan kearifan lokal menggunakan sumber daya alam (bambu) sebagai sarana komunikasi tradisional. Tari ‘RAME-RAMEJO’ mengajak membangun keharmonisan tanpa memandang latar belakang sosial.
Ungkapan dan ajakan itu didukung oleh nyanyian-nyanyian daerah yang dilantunkan secara bersama-sama dalam bentuk paduan suara. Semua ingin hidup sejahtera? Laut dan isinya jadi jawabannya, orang yang bekerja keras pasti mendapat berkatnya, seperti terekspresikan dalam tari ‘MANGAEL.’
Selamat menyaksikan.
[box type=”warning” align=”aligncenter” width=”560″ ]Hak cipta Video sepenuhnya merupakan milik sang pembuat/channel video: Seputar Sulut, yang selanjutnya ditampilkan di seputarsulut.com Dilarang menggunakan video ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa seijin pembuat/channel video tersebut.[/box]