17 Kecamatan, 166 Desa dan 10 kelurahan yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan, Minggu 13 Juli 2014 akan merayakan Pengucapan syukur. Tradisi/budaya lokal masyarakat Minahasa yang hingga saat ini masih terus dilaksanakan oleh masyarakat Minahasa termasuk warga Minahasa Selatan selalu mendapat antusias yang luar biasa.
Dan seperti biasanya, menjelang pengucapan syukur, warga yang merayakannya akan melakukan berbagai persiapan untuk menjamu para undangan/sanak saudara yang nantinanya akan berkunjung. Bisa dipastikan, hal ini akan membuat warga memadati pasar-pasar yang ada untuk membeli berbagai kebutuhan yang nantinya akan dipergunakan saat pengucapan syukur terlebih khusus makanan dan minuman, tak terkecuali pasar Amurang.

H-1 pengucapan syukur Kabupaten Minahasa Selatan, terlihat Pasar Amurang yang terletak di kelurahan Buyungon diserbu warga Minsel. Bahkan, saking ramainya aktifitas jual beli di pasar yang lokasinya berdekatan dengan objek wisata benteng Portugis, para penjual bahkan menjajakan dagangannya hingga jauh keluar dari area pasar. Pemandangan seperti ini memang lazim ditemui disetiap pasar tradisional yang ada di seluruh Minahasa setiap kali menyambut perayaan hari-hari besar seperti Natal, Tahun Baru dan juga Pengucapan Syukur. Dan sudah pasti miliaran rupiah uang warga akan tersedot untuk menyambut pengucapan syukur.
Edy, salah seorang bapak yang sempat berbincang dengan saya mengatakan bahwa untuk Pengucapan Syukur tahun ini, ia menganggarkan biaya yang lebih banyak dibanding tahun lalu. Hal ini dikatakan karena sanak saudara dan kenalan yang tinggal di Kabupaten Minahasa belum merayakan pengucapan syukur sehingga nantinya akan berkunjung untuk bersama merayakan pengucapan syukur di Amurang.
Apabila suasana pasar Amurang telah ramai dari pagi hingga siang hari, pemandangan berbeda terlihat saat pelaksanaan Festival Teluk Amurang yang hari ini memasuki hari ke 2 dan akan memperlombakan lomba bakar nasi jaha. Apabila dibandingkan dengan hari kemarin, suasana pantai Alar lokasi pelaksanaan Festival Teluk Amurang jauh lebih sepi. Nampak hanya beberapa saja tenda yang “berpenghuni” dan mengikuti lomba bakar nasi jaha. Beberapa tenda yang telah berdiri nampak tak berpenghuni, bahkan telah dibongkar semenjak Jumat sore kemarin selesai acara lomba goyang dodol.


Salah satu warga Ranomea yang kemarin mengikuti lomba goyang dodol mengatakan bahwa tenda yang mereka pasang sengaja dibongkar karena untuk hari kedua mereka sudah tidak akan mengikuti lomba bakar nasi jaha mengingat akan mempersiapkan berbagai keperluan untuk merayakan pengucapan syukur hari minggu. Tambah pria baru baya ini, sebenarnya mereka masih antusias mengikuti berbagai rangkaian kegiatan Festival Teluk Amurang, akan tetapi karena waktunya sangat berdekatan dengan pengucapan syukur, maka untuk esok hari (hari ini) mereka tidak akan ikut. Mo goyang dodol dengan bakar nasi jaha dulu for mo kase pa tamu, ucap beliau.
Hal senada juga terucap dari bapak Berti yang berdomisili di Kelurahan Pondang. Sebenarnya ia beserta keluarga ingin menyaksikan kemeriahan acara yang baru pertama kali dilaksanakan di Amurang, akan tetapi karena harus mempersiapkan berbagai keperluan untuk menyambut Pengucapan Syukur, maka ia mengurungkan niat tersebut. Apabila acara dilaksanakan satu minggu sesudah pengucapan, mungkin banyak masyarakat yang akan memadati lokasi perayaan Festival Teluk Amurang, tutup bapak yang kesehariannya berprofesi serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.