Airmadidi 20 Agustus 2013. Kali ini Indonesia memasuki Usia 68 Tahun, Kemerdekaan ini tentunya berkat para pejuang yang telah mendahului kita yang rela berkorban demi tegaknya Mereh Putih. Meskipun kemerdekaan ini telah diraih,bukan berarti perjuangan sampai disini saja. Hal ini terjadi di Minahasa Utara tepatnya di kawasan situs budaya Tumetenden Airmadidi Bawah.
Minimnya perhatian Pemkab Minahasa Utara terhadap program Sentuh Budaya yang acap kali mereka gembar-gemborkan, membuat Masyarakat Adat Pakasaan Ne Tounsea yang disingkat “MAPATU ” bereaksi. Kotor dan Joroknya situs Budaya Tumetenden menjadikan momentum utama Mapatu untuk mengisi perjuangan generasi muda melalui kerja bakti sosial.
Kerja bakti sosial ini walaupun kurang mendapat respon dari Pemerintah, namun bukan menjadi penghalang. Kenyataan dilapangan tak satupun dari unsur Pemerintah yang ikut terlibat padahal program ini telah dilaporkan kepihak kelurahan Airmadidi Bawah. Kerja Bakti Sosial Tumetenden ini bukan hanya dari Masyarakat adat yang ikut bekerja bersih-bersih kawasan Tumetenden, namun diikuti juga dari kalangan Jurnalis antara lain, dari TVRI, PASIFIK TV, KLABATNEWS, KAWANUA BLOGGER, SEPUTAR SULUT DLL,
Berita Lainnya
Ada 2 orang turis yakni Jelmer Janssen dan Nick De groot dari negeri Belanda ikut berpartisipasi membersihkan Tumetenden,dan hal ini cukup mengharukan dan memberi semangat pada Masyarakat Adat Tounsea.
Mencermati kinerja Pemkab Minahasa Utara yang seakan-akan tidak menghiraukan kondisi Tumetenden dan berimbas banyaknya para Wisatawan baik regional maupun internasional kecewa karena kondisi yang tidak terurus ini, mengakibatkan Masyarakat Adat Kecewa besar. Seperti yang dikemukakan oleh saudara Stenly Lengkong , kedepan Mapatu akan memperjuangkan sekiranya situs-situs budaya akan dikelolah oleh MAPATU agar perawatannya berkesinambungan tegasnya! .
Kegiatan ini dipandang sukses karena berjalan tanpa ada halang rintang dan juga pembelajaran kepada generasi muda untuk merasa memiliki.(dvd)