“Sedia payung sebelum hujan” sebuah ungkapan yang sering kita ucapkan dalam keseharian kita, baik dalam artian sebenarnya maupun hanya sebagai metafora untuk memberi peringatan untuk selalu waspada. Beberapa pekan ini, wilayah Sulawesi Utara khususnya kota Manado sering diguyur hujan, terlebih setelah lepas tengah hari. Bagi Anda yang beraktivitas di dalam ruangan mungkin tidak terlalu merasakan dampak dari hujan yang hampir setiap hari turun, tapi bagi mereka yang beraktivitas outdor atau di lapangan pasti sangat terbatas pergerakan mereka diakibatkan dengan sering turunya hujan.
Informasi bagi Anda yang melakukan aktivitas di luar ruangan, maka Anda harus tetap “menyediakan payung” setidaknya sampai akhir minggu ini. Seperti yang kita semua ketahui Indonesia hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim atau Muson, disebut juga angin muson atau angin musim, adalah angin periodik yang terjadi terutama di Samudra Hindia dan sebelah selatan Asia. Kata ini juga digunakan untuk menyebut musim di saat angin ini bertiup dari arah barat daya di India dan wilayah-wilayah di sekitarnya yang ditandai dengan curah hujan yang besar serta hujan yang dikaitkan dengan angin jenis ini.
Yang berlaku di Indonesia adalah Muson barat dan Muson Timur. Menurut Wikipedia, Muson barat atau muson musim dingin timur laut adalah angin yang bertiup pada bulan Oktober hingga April di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan benua Australia sedang mengalami musim panas, berakibat pada tekanan minimum dan benua Asia lebih dingin, berakibat memiliki tekanan maksimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekenan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan). Kondisi itu yang terjadi saat ini.
Berita Lainnya
Muson timur atau muson musim panas barat daya adalah angin yang bertiup pada bulan April hingga Oktober di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi utara, sehingga menyebabkan benua Australia musim dingin, sehingga bertekanan maksimum dan Benua Asia lebih panas, sehingga bertekanan minimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan yang sempit.
Itulah keadaan “idealnya.” Nah, bagaimana jika alam mulai “berkata” lain? Itulah yang menjadi tugas dari BMKG Stasiun Klimatologi Kayuwatu, Manado. Seperti yang ditulis dalam kata pengantar dari kepala Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, bapak Addi Setiadi, S. IP, di Buletin BMKG Stasium Klimatologi Kayuwatu: Stasium Klimatologi Kayuwatu memantau dan kemudian memberikan informasi tentang meteorologi / klimatologi antara lain tentang analisis curah hujan, banyaknya hari hujan, intensitas hujan maksimum dan cuaca / iklim ekstrem serta kondisi iklim mikro dan juga hidrometeorologi yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Informasi yang telah didapat kemudian disampaikan kepada Gubernur, Walikota, Bupati, Dinas Pertanian serta instansi terkait lainnya dan juga masyarakat.
Bagaimana BMKG Stasiun Klimatologi Kayuwatu bisa mendapatkan data iklim tersebut? Terletak di Jl. Raya Paniki Atas, Manado, BMKG Stasiun Klimatologi Kayuwatu memiliki alat-alat serta laboratorium untuk mengumpulkan berbagai data dari alam. Misalnya, bagaimana cara mengetahui kalau kita sudah tiba di musim kemarau (selain periode bulan yang sudah disampaikan di atas). “Kemarau kalau di kalangan masyarakat awam adalah panas yang berkepanjangan dan tanpa hujan, tapi bagi kami definisi kemarau itu, tetap ada hujan tapi kurang dari 50 milimeter selama tiga dasarian (satuan waktu meteorologi, yang lamanya adalah sepuluh hari) berturut-turut, atau dalam kurun 1 bulan. Lebih dari itu, berarti masih musim hujan, dan kalau curah hujannya di atas 100 milimeter per hari, maka itu sudah keadaan ekstrim.” Demikian penjelasan dari M. Candra Buana, staf analisa Stasiun Klimatologi Kayuwatu, yang ditemui seputarsulut.com tadi pagi (30/04/2013). Candra juga menjelaskan tentang hitungan satuan milimeter curah hujan itu didapat dari, volume air hujan yang tertampung di dalam gelas takar seluas 1 meter persegi dengan indikasi tidak ada yang mengalir, tidak ada yang menguap dan tidak ada yang meresap ke dalam tanah. “Nanti di dalam wadah tersebut sudah ada ukuran skala milimeternya,” tambah Candra.
Jika Anda ingin mendapatkan informasi lengkap mengenai iklim dan cuaca di Sulawesi Uatara, maka Anda bisa langsung datang ke kantor BMKG Stasiun Klimatologi Kayuwatu, atau Anda juga bisa mengakses laman BMKG stasiun Klimatologi Kayuwatu, Manado di alamat: http://staklim-manado.bmkg.go.id/. Mungkin sepele, tapi jika kita bisa mengenali (tanda-tanda) alam, musim dan iklim, secara tidak langsung itu akan membantu kita dalam melakukan perencanaan setiap kegiatan kita ke depan, apalagi bagi Anda yang bergerak di bidang pertanian.