MANADO– Presiden Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Indonesia Bersih (KIBAR) Andreas Lasut dan Sekretaris Jenderal Retno Utami, Senin(23/10/2017) menyambangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Kehadiran KIBAR dengan maksud agar Legislator melaksanakan dengar pendapat (Hearing) dengan warga korban penggusuran di lahan pameran Kayuwatu dan beberapa instansi seperti, Polisi Pamong Praja (Pol-PP), Dinas Sosial, Dinas Kesehatan Provinsi Sulut serta pihak dari Pemerintah Kota (Pemkot) Manado dalam hal ini, Kepala Kecamatan (Camat) Mapanget juga Kepala Kelurahan (Lurah) Kairagi.
Karena menurut KIBAR, penggusuran rumah warga oleh Pemprov Sulut di lokasi pameran Kayuwatu Kecamatan Mapanget beberapa waktu lalu dianggap tidak manusiawi dan melanggar Konstitusi.
Kedua petinggi LSM KIBAR ini diterima langsung oleh Ketua komisi 4 DPRD Sulut, James Karinda dan Sekretaris Komisi Fanny Legoh. Dalam Pertemuan tersebut kedua belah pihak menyetujui point-point yakni akan diadakan dengar pendapat setelah adanya peninjauan lokasi tempat kejadian perkara.
“Ini akan menjadi perkara lintas komisi empat dan komisi satu. Kami akan memback up perjuangan LSM KIBAR ini kepentingan Rakyat Sulut. Jujur, saya baru tahu sekarang, adanya kejadian ini,” ujar Karinda.
Sementara, Fanny Legoh menuturkan bahwa dalam waktu dekat akan melakukan peninjauan ke lokasi.
“Satu atau dua hari ke depan, kami akan melakukan kunjungan kerja setelah diadakan pertemuan dengan Komisi I,” tuturnya.
President KIBAR Andreas Lasut menjelaskan jika KIBAR tidak sembarangan membawa nama korban penggusuran, karena mereka telah diberikan mandat dari masyarakat korban penggusuran untuk memperjuangkan permasalahan hak hidup ini.
“Kami telah ditunjuk oleh masyarakat korban penggusuran untuk memperjuangkan nasib mereka. Dan, kami (KIBAR-red) selalu menepati janji sebagai LSM yang tentunya diatur oleh Undang-Undang,” ujar Lasut.
Sementara, Sekjen KIBAR Retno Utami menyebutkan jika dengan adanya kejadian seperti ini, dirinya merasa miris melihat keadaan warga yang sampai saat ini, tidak terakomodir tuntutan mereka.
“Saya liat dengan kepala mata sendiri, mereka tinggal kayak binatang, dibawa tenda beralaskan tanah, kasihan orang-orang ini, anak-anak yang tidak bersekolah. Makan saja menunggu uluran tangan dari orang lain, mana rasa kemanusian pemerintah,” ujar Retno dengan mimik sedih.
(Ardybilly)