
MANADO- Tensi politik nasional semakin naik dan sangat dinamis paskah fenomena pilkada DKI Jakarta. babak baru fenomena sosial, Serentak melahirkan gerakan arus bawah masyarakat Indonesia, gerakan seribu lilin untuk Indonesia dan tuntutan keadilan. Gerakan Seribu lilin sama sekali tidak memunculkan pernyataan-pernyataan provokatif tentang klaim kebenaran dan saling lempar fitnah, gerakan ini memberi pesan damai, pesan Persatuan Indonesia. Gerakan yang lahir ini bukan lagi tentang fenomena pilkada DKI Jakarta dan Ahok saja, tapi ini tentang Rasa Cinta Tanah Air Indonesia.
Sangat kontra produktif aksi damai dengan semangat Persatuan Indonesia ini disusupi oleh kelompok tertentu dengan menyusupkan agenda-agenda separatis. Aksi seribu lilin di tanah Toar Lumimuut saat ini dengan sengaja dimanfaatkan oleh kelompak tertentu dengan provokasi “Minahasa Merdeka”.
Jangan mengkhianati darah perjuangan pejuang-pejuang kemerdekaan dari tanah Minahasa, AA Maramis, Dr. Sam Ratulangi. Konsensus bersama yang telah disepakati diatas meja BPUPK dan melahirkan Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ialah karya yang tidak bisa dibayar dan digantikan dengan apapun, jalan terjal menuntaskan cita-cita Proklamasi harus kita pikul bersama, jangan mau diadu kata Rendy Rompas SH Wakil Ketua Bid. Politik Korda GMNI Sulut.
Rendy Rompas yang juga advokat muda sulawesi utara ini menegaskan, bahwa Pemerintah dan aparat penegak hukum harus segera menindak tegas sesuai proses hukum yang berlaku terhadap oknum-oknum yang ingin merobek Tenun Kebangsaan di tanah Minahasa. Gerakan referendum minahasa sama saja dengan agenda Khilafah yang di perjuangkan HTI & Gema Pembebasan.