Beberapa tahun yang lalu, 2001, saya berkunjung di sebuah wisma Jompo Bantar Bolang – Pemalang (Jawa Tengah). Di sana saya bincang-bincang dengan penghuni rumah tersebut. Dalam sharing itu, setiap kali mata eyang kakung (Kakek) itu melirik ke pintu utama. Lantas, saya bertanya kepada salah satu yangkung, “Kung, mengapa pandangan mata yangkung itu selalu terarah ke pintu utama?” yangkung itu pun menjawab, “Saya ingin dikunjungi anak dan cucu-cucu saya. Saya ingin sekali ngobrol dengan mereka. Hidup jauh dari anak-cucu, sepertinya satu hari bagaikan setahun. Waktu berjalan amat lambat di tempat ini.”
Orang takut untuk sendiri. Vanny Chrisma dalam Menjadi Tua dan Tersisih, menulis bahwa orang di usia senja sangat ingin didengar, meskipun dalam setiap cerita terasa diulang-ulang dan membosankan. Dalam diri orang tua ada penyakit namanya hipokondriasis yaitu sejenis penyakit psikologis yang sering melanda lansia. Penyakit ini ditandai dengan bermacam-macam keluhan fisik atau rasa sakit. Padahal, sebenarnya tidak ada penyakit yang diidapnya. Penyakit ini sering disebabkan rasa cemas yang begitu dalam atau depresi dan kesepian yang mencekam.
Orang yang memiliki jabatan tinggi, kadang digambarkan sebagai pribadi yang kesepian. Pagi sampai sore, ia hidup dalam ingar-bingar kesibukan. Tamu antri di depan pintu dan tumpukan proposal siap untuk ditandatangani. Kesibukan membuat dirinya “merasa” dibutuhkan. Tetapi menjelang istirahat malam, muncul kesepian dalam dirinya. Ia melakukan sebuah rutinitas. Kadjat Ardra’I dalam Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA, Bung Karno berkata kepada Yurike Sanger, “Adik mungkin mengetahui, menjadi presiden membuat aku jadi a lonely man on the top, membuat aku terasing sebagai individu”. Tidak jarang kita mengetahui ada beberapa pejabat yang risih, karena harus dikawal oleh bodyguard. Pearl S. Buck dalam Maharani, mengisahkan seorang wanita perkasa yang menguasai kekaisaran Manchu di Cina namun hatinya hampa. Ibu Suri ketika masih gadis – bernama Yehonala – memiliki kekasih Jung Lu. Namun setelah memegang tampuk kekaisaran, ia tidak boleh sembarangan bergaul – pun dengan Jung Lu. Pada suatu malam, Ibu Suri mendatangi Jung Lu dan berkata, “Aku tidak kejam….” bisiknya, “Aku cuma kesepian.” Ia mengalami menjadi a lonely woman on the top. Kita jangan heran, jika ada seorang yang menduduki jabatan tinggi kemudian mendesah sambil berkata lirih, “Lebih baik menjadi orang biasa yang bisa ke mana saja tanpa aturan.”
Seseorang yang merasa kesepian berkepanjangan akan memandang dunia secara pesimis bahkan apatis. Paulo Coelho dalam Veronika Memutuskan Mati, melukiskan tentang pencarian makna hidup dalam masyarakat yang terbelenggu rutinitas. Alasan Veronika ingin mati adalah pertama: segala sesuatu dalam hidupnya sama saja. Begitu masa mudanya berlalu, semuanya akan layu, usia tua mulai meninggalkan tanda-tanda yang tidak bisa diperbaiki, dijangkiti penyakit dan teman-temannya pada meninggal. Ia tidak akan memeroleh apa-apa dengan tetap hidup; mungkin justru penderitaan yang akan bertambah. Alasan kedua lebih filosofis: Veronika membaca surat kabar, menonton TV dan ia menyimak apa yang tengah terjadi di dunia ini. Semuanya serba kacau dan tidak punya jalan untuk memperbaikinya – ini yang membuatnya merasa samasekali tak berdaya. Kesepian yang dialami begitu mencekam, seperti yang ditulis oleh Henri Nouwen (1932 – 1996), “Tidak ada manusia yang dapat bertahan hidup jika tidak ada orang yang mendampinginya di saat-saat kritis.”
Mungkin di antara kita pernah mendengar atau membaca buku The Cassanova. Buku ini terbit pada abad XVII di Italia yang mengisahkan tentang seorang playboy yang ingin mengisap mawar-mawar tercantik di seantero negeri Itali dan sekitarnya. Tetapi pada akhirnya hidupnya semakin kesepian, karena dalam dirinya tidak ada cinta. Jauh sebelum itu, kisah epos India: Ramayana juga melukiskan tokoh antagonis bernama Rahwana. Nyoman S Pendit dalam Ramayana melukiskan Rahwana yang sudah memiliki semua yang diinginkan. Namun ketika melihat Sita, istri Rama di hutan Dandaka, ia menjadi gelap mata. Mengonteplasikan apa yang dibuat oleh Rahwana, kita bertanya, “Apakah ini cinta?” Di sini kita boleh berkata juga, “Tidak ada cinta dalam dirinya!” sebab ia pun dilahirkan dari Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi yang semata-mata karena nafsu-birahi. Rahwana adalah seorang pribadi yang memilik sepuluh wajah (Dasa Muka). Apa yang dialami oleh Don Juan dan Rahwana itu bagaikan minum air laut, semakin meminum air itu, maka dirinya semakin haus. Semakin mereka mendapatkan “cinta” itu, maka diri mereka semakin kesepian. Ironis memang!
Oleh: Markus Marlon