SULUT – Menindaklanjuti aspirasi masyarakat, khususnya warga Kelurahan Lapangan Kecamatan Mapanget, Manado yang pada waktu lalu mengeluhkan dampak lingkungan terhadap pengerjaan proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi.
Keluhan itu disampaikan langsung kepada Anggota Komisi IV DPRD Sulut, Melky pangemanan.
Ini rincian pengaduan warga mapanget:
– Bahwa peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado secara resmi dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2020;
– Bahwa sejak saat itu, aktivitas pengerjaan proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado telah menyebabkan; Kebisingan, Polusi Debu dan Sumur keruh/kotor/becek;
– Bahwa aktivitas pengerjaan proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado telah meresahkan serta mengganggu dan/atau merusak ketenangan, kenyamanan atau suasana nyaman, ketenteraman, waktu istirahat dan jam tidur, serta berdampak pada lingkungan;
– Bahwa kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas pengerjaan proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado dengan frekuensi yang beragam, keras/nyaring, sering dan berulang di waktu jam istirahat (20.00 – 06.00 WITA) mengakibatkan susah tidur dan/atau terbangun dari tidur serta menganggu ketenangan pada malam hari atau waktu beristirahat.
– Bahwa dampak dari Kebisingan, Polusi Debu dan Sumur Keruh/Kotor/Becek yang diakibatkan oleh aktivitas pengerjaan proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado dapat mengganggu dan/atau mengancam kesehatan;
– Bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado dalam prosesnya tidak melibatkan warga masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi pengerjaan proyek pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, dalam hal ini warga masyarakat Lingkungan I (satu), Kelurahan Lapangan dan sekitarnya.
Menanggapi hal itu, Pihak Angkasa Pura Sulut bersama PT. Adhi Karya Sebagai Kontraktor Pelaksana Proyek Progress Pekerjaan Perluasan Bandara Sam Ratulangi pun angkat suara.
Dalam Konferensi pers, GM Angkasa Pura Minggus Gandeguai mengatakan keluhan masyarakat terkait kebisingan dari pengerjaan proyek, itu sama saja dengan pesawat landing.
“Pesawat landing di bandara 24 jam, kebisingan yang dikeluarkan juga saya kira sama dengan kebisingan pengerjaan proyek ini. Jadi saya rasa masyarakat sekitar sudah terbiasa dengan itu,” ungkap Minggus, rabu (1/7) diruang rapat PT. Adhi Karya.
Lanjutnya, keluhan warga terkait air sumur yang kotor/keruh, dirinya mengaku bahwa sudah turun ke lokasi guna mencari tahu apakah kotornya air sumur karena dampak pengerjaan proyek atau tidak.
“Kemarin kami (Angkasa Pura) turun ke lokasi bersama sama dengan Dinas Lingkungan Hidup guna melakukan survei dan sampai hari ini hasilnya belum keluar. Jadi kami lakukan langkah awal yakni memberikan tandon-tandon, namun masalahnya disini ada warga yang terima tapi juga ada yang tidak terima,” katanya.
GM Angkasa Pura itu juga menuturkan terkait keluhan warga yang tidak dilibatkan, jadi sebenarnya yang mewakili masyarakat itu adalah Lurah lapangan kecamatan mapanget yang ikut dalam sidang AMDAL, yang dilaksanakan di salah satu hotel di manado.
“Selanjutnya terkait hal itu, kami pun arahkan ke kantor Lurah sebagai struktur dari organisasi pemerintahan. Jadi kami tidak akan melupakan terkait dengan lingkungan,” pungkasnya.
Turut hadir juga Pimpinan Proyek PT. Adhi Karya Raden Wahyu Prayogo.
(Ardybilly)