Seputarsulut.com – Kesulitan mendapatkan bantuan bibit tanaman serta langkanya pupuk tak membuat petani di Kecamatan Dumoga Raya Kabupaten Bolaang Mongondow putus asa dalam mengembangkan sektor pertanian.
Namun sebaliknya persoalan tersebut menjadi tantangan bagi petani setempat untuk membuat terobosan baru melalui pembuatan pupuk organik bagi kebutuhan petani di wilayah tersebut.
Hal ini pun dibuktikan Alfons Aleng selaku ketua kelompok Tani Tunas Mekar sekaligus Ketua KTNA dan Penyuluh swadaya Kecamatan Dumoga Timur sukses memproduksi pupuk dan pestisida berbahan organik untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Menurut Alfons, keberhasilan menciptakan pupuk organik tersebut juga tidak lepas dari peran anggota DPRD Sulut Ir. Julius Jems Tuuk yang terus memberikan support bahkan mendatangkan salah satu tenaga ahli pertanian untuk melakukan pendampingan sehingga produk tersebut saat ini sudah dimanfaatkan petani di kecamatan Dumoga Raya.
“Pak Jems Tuuk selalu memotivasi kami untuk tidak putus asa ditengah harga pupuk yang sangat mencekik saat ini, dengan dukungan beliau kami berhasil menciptakan pupuk dan pestisida organik.” ungkap Alfons.
Tak hanya itu pupuk yang diproduksi Alfons bersama kelompok tani Tunas Mekar sudah dipresentasikan dihadapan Pangdam XIII Merdeka untuk menjadi percontohan bagi para Babinsa dalam melakukan pendampingan bagi petani di desa-desa.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua DPRD Sulut dr. Fransiskus Andi Silangen sekaligus dikenal sosok yang selalu membela kepentingan petani ini, bersama dengan Anggota Komisi II DPRD Sulut Ir. Julius Jems Tuuk, Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi I (BWS I) I Komang Sudana, dan Dandim 1303 Bolmong Letkol (Inf) Topan Angker, serta Asisten 1 Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Deker Rompas di lokasi perkebunan Kelurahan Imanadi.
Ketua DPRD Sulut dr. Andi Silangen memberikan apresiasi terhadap pupuk organik yang diciptakan oleh Alfons CS. Yang dimana petani didumoga raya tidak terlalu berharap pada bantuan pemerintah melainkan menciptakan gagasan yang dinilai mampu mengatasi persoalan kelangkaan pupuk dan bibit bagi petani di Sulut.
“Ini contoh bagi masyarakat Sulawesi Utara, dimana kita membangun bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tapi masyarakat juga turut berperan aktif. ini kan hampir semua petani mengeluh tidak ada pupuk, tapi ini kan inovasi yang luar biasa,” ujarnya.
“Hingga apa yang dilakukan oleh petani dibawah binaan pak Jems Tuuk ini kedepan akan jadi percontohan untuk seluruh sulawesi utara, dan kita sebagai unsur penyelenggara pemerintahan bersama pemerintah daerah untuk supaya bisa memperhatikan hal ini. Karena pemerintah harus berperan aktif, masyarakat sudah berperan aktif, terus apa yang jadi program dengan kegiatan kita untuk menunjang semangat dari para masyarakat petani.” jelas FAS sapaan akrab ketua DPRD Sulut. Jumat (14/10).
Anggota DPRD Sulut sekaligus penggagas kegiatan ini Ir. Julius Jems Tuuk menjelaskan tujuan dari kegiatan dan gagasan tersebut.
“Sederhananya, bagaimana kita menanam tidak menggunakan pupuk kimia, hanya menggunakan pupuk organik. Kemudian, produksinya naik. Jadi kita meninggalkan pupuk kimia kita mengedukasi masyarakat kembali ke alam sehingga produksinya naik.” Tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa sejauh ini yang mampu memahami ide brilian ini adalah Balai Sungai, sehingga dirinya berterimakasih kepada Kabalai BWSS I.
“Jawaban itu ada justru Balai Sungai yang nangkap isi hati petani yang ada di dumoga raya ini, dan kami berterimakasih atas nama petani/kelompok tani berterimakasih kepada Balai Sungai khususnya kepada kabalai Ir. I Komang Sudana, sehingga ini bisa terjadi karena kedepan kami akan membuat demplot juga, mudah-mudahan dapat dibantu karena kita tidak bisa hanya sekedar mengajarkan petani, tapi kita musti mendampingi mereka 2-3 kali panen sampai petani paham. Jadi bukan cuman sekedar menanam, cara membuat pupuk bagaimana, tapi bagaimana mengaplikasikan di lahan.” Jelasnya.
Ia pun menegaskan bahwa mereka bekerja sama dengan Balai sungai bukan dalam bentuk uang, melainkan bahan dan lain sebagainya, karena hal itu dilakukan secara sukarela.
“Kami dari LSM tidak pernah meminta uang, kami cuma minta bahan yang bisa disupport. Karena kami juga tidak digaji, memang benar-benar pemberian diri.” Tandasnya.