SULUT – Guna mematangkan persiapan dalam rangka penyelenggaraan Hari Autis Sedunia 4 april 2018 nanti.
Panitia Hari Autis Sedunia Kecamatan Mapanget kota Manado provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pembekalan untuk para panitia pelaksana.
Kegiatan ini dihadiri oleh Pakar Autis sekaligus Konsultan Tumbuh kembang anak yakni dr Hesty Lestari.
Kegiatan pembekalan ini, dikoordinasi langsung oleh dr Meiny Manumpil yang juga sebagai panitia pengarah hari Autis Sedunia kecamatan Mapanget kota Manado.
Autis merupakan penyakit pada anak dengan usia 18 hingga 36 bulan dengan ciri-ciri suka menyendiri, kontak matanya minimal, kurang peduli dengan anak lain, kemudian memiliki gangguan bahasa yang berat.
Hal tersebut di ungkapkan oleh dr. Hesty lestari pakar spesialis tumbuh kembang anak konsultan, pada kegiatan pembekalan untuk panitia hari autis, yang di selenggarakan pada jumat, 23/02/2018 di Giant Extra Manado.
Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi panitia autis, yang bertanggung jawab untuk turun langsung di lapangan guna mengumpulkan data, mengenali ciri-ciri dari anak yang menderita autis.
dr Hesty juga memaparkan bahwa penyakit autis pertama kali di temukan oleh seorang dokter yang bernama leoparner pada tahun 1943. Penemuan ini dilakukan dengan meneliti sekelompok anak-anak yang mempunyai kelainan tertentu. Sebelumnya penyakit autis memang sudah tersebar namun masih belum dikenali oleh banyak orang.
“Penyebab dari pada penyakit autis sampai sekarang belum dapat dipastikan dengan jelas, sudah banyak macam teori menyebutkan berbagai faktor-faktor resiko terjadinya autis, namun belum ada yang bisa menyimpulkan bahwa inilah penyebab autis,” ujar dr Hesty, saat memberikan materi pada panitia hari autis.
“Kalau kita sudah mengetahui apa penyebabnya, maka kita akan mudah untuk melakukan pengobatan secara pasti,”imbuhnya.
“Autis menyangkut gangguan pada perilaku, jadi kita belum tahu penyebab pastinya, hingga nanti kearah pengobatannya pun bersifat terapi rehabilitasi, jadi belum ada pengobatan dengan minum obat dan dinyatakan penderita tersebut akan sembuh,”Tandasnya.
“Pada penelitian terdahulu menyebutkan, diperkirakan angka kejadiannya empat sampai lima ratus dalam 10.000 anak, dan pada tahun 1996 meningkat menjadi satu diantara 1000 anak, Bahkan di perkiran untuk sekarang bisa satu diantara 500 anak ,”Tambahnya.
Menurut dr Hesty, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, Penyakit autis lebih sering di temukan pada laki-laki, dibandingkan perempuan.
Untuk mendiagnosis penyakit autis, masih menjadi suatu tantangan, karena belum ada pemeriksaan penunjang yang spesifik, misalnya pemeriksaan laboratorium.
Lanjut dia, ada sepuluh pertanyaan yang bisa diajukan oleh tim kesehatan dalam mendeteksi apabila si anak menderita Autis atau tidak, mulai dari pertanyaan mengenai permainan yang di mainkan oleh si anak hingga pertanyaan apakah sianak bisa berimajinasi atau tidak. Apabila jawaban dari tiap pertanyaan di jawab dengan tidak maka sianak memang mengalami penyakit autis.
Pemaparan mengenai cara mengenali penderita autis mendapatkan tanggapan dari beberapa pertanyaan panitia autis yang hadir, peserta panitia yang hadir adalah dari dinas kesehatan kota Manado yakni dr Joy dan puskesmas kecamatan paniki setrta para jurnalis yang menjadi panitia.
(Ardybilly)