SULUT – Kegiatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FSL2N) yang tengah berlangsung sejak 28 Agustus hingga 2 september 2016 mendapat Sorotan dari beberapa media yang diarahkan kepada panitia penyelenggara yang dianggap tidak professional sehingga mengakibat beberapa peserta rombongan terlantar dan menunggu cukup lama di bandara.
Hal tersebut ditanggapi serius oleh pihak Plus One sebagai Even Organizer(EO).
Dalam jumpa pers dengan sejumlah wartawan, Selasa (31/08/2016) kemarin, CEO Plus one Lendhy Maramis mengatakan bahwa pihaknya dipercayakan untuk menangani kegiatan Opening Ceremonial dan Opening Clossing serta pelayanan antar jemput peserta FSL2N, dirinya merasa perlu memberikan klarifikasi terkait permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya.
Maramis yang didampingi General Affair Plus One Jefry Rantung mengakui ada sejumlah kendala yang dihadapi terutama soal transportasi bagi sejumlah rombongan peserta FSL2N.
“Kita tahu sendiri saat ini maraknya turis asal Cina yang datang ke daerah ini. Mobil jenis bus yang ada hampir semuanya digunakan mengangkut para turis tersebut. Terlebih mereka (turis) datang pada hari Sabtu dan Minggu bersamaan dengan kedatangan para peserta FSL2N sehingga puncak keramaian terjadi di saat itu.” jelas Maramis
Menurut Maramis, saat itu pihaknya tetap berusaha secara maksimal untuk memberikan yang terbaik bagi peserta sehingga semuanya bisa dilayani. Namun diakuinya, kondisi Bandara Sam Ratulangi yang ada terlebih di area kedatangan penumpang pada saat itu penuh sesak dengan kedatangan pesarta maupun para turis yang datang secara bersamaan.
“ Kita bisa membayangkan kondisi bandara Sam Ratulangi dengan kedatangan seribuan orang sekaligus, ada begitu banyak kendaraan yang menjemput para penumpang, sehingga terjadi penumpukan kendaraan sehingga mengakibatkan kemacetan luar biasa. Ini mungkin yang dirasakan para peserta yang menganggap terlalu lama menunggu sehingga mereka merasa ditelantarkan. Karena untuk menjemput mereka, kendaraan harus silih berganti antri menunggu kendaraan didepan.” jelasnya.
Namun pihaknya mengantisipasinya dengan menyediakan fasilitas tempat duduk bagi para peserta yang tiba di area bandara sebanyak dua ratus kursi, namun karena banyaknya peserta yang tiba membuat lainnya yang tidak kebagian kursi memilih duduk di emperan bandara sambil menunggu mobil jemputan yang disediakan. Tetapi secara keseluruhan menurutnya semua kontingen peserta FSL2N dapat dilayani dengan baik menuju tempat penginapan mereka, walaupun harus diakui masih terdapat sejumlah kendala teknis di lapangan yang ditemui.
Sementara itu, Jeffry Rantung selaku General Affair Plus one mengatakan pihaknya juga perlu menjelaskan terkait tugas yang menjadi substansi kewenangan mereka dalam ajang FSL2N di Sulut. Menurutnya,sesuai kontrak kerja yang disepakati antara pihaknya dengan Diknas Sulut yakni tanggal 28 Agustus sampai 3 September. Namun demi memberikan yang terbaik bagi daerah bumi nyiur melambai pihaknya sudah bekerja sebelum tanggal yang disepakati.
“ Karena kondisi transportasi saat ini cukup sulit, maka yang terjadi banyak peserta yang datang sebelum tanggal 27 Agustus. Mereka mulai berdatangan sejak tanggal 26 dan 27. Jadi walaupun kontrak kerja kami mulai tanggal 28 Agustus, kami sudah bekerja sejak tanggal 26 menjemput peserta. Demikian juga saat kepulangan peserta, dalam kontrak kerja hanya sampai tanggal 3 September. Namun karena alasan tiket pesawat yang menjadi kesulitan para kontingen, akhirnya ada beberapa peserta yang harus kembali ke daerahnya sebelum kegiatan penutupan, bahkan ada yang akan pulang tanggal 4 september.” ujar putra mantan Gubernur Sulut CJ Rantung ini. (Ardy)