MINAHASA – Beberapa elemen organisasi yang tergabung dalam forum Cipayung Plus hari selasa siang (12/12/17) menggelar aksi damai untuk memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) sediunia yang dirayakan untuk tiap 10 Desember.
Hari HAM merupakan perayaan untuk menghormati Majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengadopsi dan memproklamirkan tentang hak asasi manusia, yang merupakan suatu pernyataan global tentang hak-hak dasar manusia yang diperoleh sejak lahir pada desember 1948 lalu.
Berita Lainnya
Sementara, kelompok Cipayung Plus merupakan aliansi dari beberapa organisasi sosial kemasyarakatan seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) , PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan mahasiswa Islam), dan LMND (Liga Mahasiwa Nasional Demokrasi). Namun GMKI dan HMI berhalangan untuk ikut ambil bagian dalam aksi kali ini dikarenakan kesibukan organisasi.
Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Anthoni Talubun dari PMKRI Cabang Tondano, mengatakan bahwa aksi ini lebih mengutamakan penanganan pelanggaran HAM di Indonesia.
“Tujuan dari pergerakan ini, kemarin kami anggota-anggota Cipayung Plus berkumpul, supaya kita mau tindak lanjuti itu pelanggaran-pelanggaran HAM. Banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang dari tahun 1998 sampai pada saat ini, belum diperhatikan oleh pemerintah,” Tandasnya.
Talubun juga berharap agar aksi ini mampu di dengar pemerintah untuk serius dalam menangani kasus pelanggaran HAM.
“Tiap hari kami aksi-aksi, tahun lalu ada aksi, dua tahun lalu dan seterusnya, tapi tidak ada tindak nyata dari pemerintah.
Jadi memang kami Cipayung Plus harus bersatu untuk menyuarakan hal ini, supaya aspirasi kami lebih terasa ke pemerintah”, ujarnya.
Dalam aksi damai ini juga ada pembagian selebaran berupa kertas dari mahasiswa kepada masyarakat yang ditemui disetiap jalan yang dilalui oleh mahasiswa.
Selebaran itu berisi tuntutan dan harapan agar pelanggaran HAM dapat ditangani serius dan masyarakat mampu melihat itu secara transparan.
Dilain pihak, Ketua Presidium PMKRI Tondano, Norinca Sagala yang ikut dalam aksi kali ini berharap adanya penanganan nyata dari pemerintah guna mengatasi pelanggaran-pelanggaran HAM di Indonesia.
“Harapannya sama-sama yang tertera di selebaran kertas, point pertama, tentang hilangnya aktivis di masa lalu yang belum juga terselesaikan, segera ditindak lanjuti. Dan juga kita berharap kepada aparat-aparat, kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan HAM”, katanya.
Ia juga meminta kepada pemerintah agar bersikap terbuka dan patuh pada undang-undang untuk menyelesaikan sengketa HAM yang selama ini berlarut-larut dan terkesan dibiarkan.
“Jangan hanya tertera di undang-undang, jangan hanya tertera di kertas saja, tapi kita laksanakan di kehidupan kita sehari-hari. Ada enam butir aspirasi yang tertera dalam selebaran kertas itu, termasuk juga harapan-harapan kita dan sudah dibagikan ke masyarakat”, lanjutnya.
Isu utama dari aksi damai ini ialah bagaimana Menangkan Pancasila dan menghentikan Pelanggaran HAM.
Titik kumpul awal dalam aksi damai ini Bundaran Tataaran, kemudian dilanjutkan ke Patung Korengkeng dan terakhir di Monas Tondano.
Peserta dalam aksi damai ini kurang lebih 40an orang dan dikawal oleh pihak kepolisian selama aksi damai itu berlangsung.