MINAHASA – Saya seakan mulai membantah persepsi kebanyakan orang yang kerap menyebut bahwa politik boleh dipercaya tapi jangan percaya politisi. Paling tidak saya punya sebuah pembenaran.
Pada saat proses penetapan pasangan calon terpilih bupati dan wakil bupati kabupaten Minahasa pekan lalu, sesungguhnya ada sebuah peristiwa unik yakni kehadiran Ivan Sarundajang. Ini jarang terjadi. Yang dipertotonkan di tempat lain, jangankan kehadiran calon, mengirim perutusan atau saksi saja amatlah sulit.
Ivan adalah calon bupati yang belum beruntung alias kalah pada kompetisi Pilkada di sana. Bagi saya peristiwa itu tak hanya sekedar unik tapi juga merupakan sebuah sejarah politik yang entah, apakah akan terjadi lagi dikemudian hari atau seperti apa. Amat jarang jika calon yang kalah bisa dengan lapang dada menerima kekalahan apalagi ikut menghadiri proses penetapan pemenang oleh KPUD.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasannya ketika melihat lawan politiknya mengangkat tangan sebagai bentuk sukacita kemenagan, menyaksikan para pendukung pihak lawan baranjak dari kursi bersorak ria sambil menari-nari sebagai reaksi kesuksesan.
Ivan seakan begitu tegar dan dewasa mengakui kekalahannya. Ia tidak peduli berapa uang yang ia keluarkan dalam membiayai konsolidasi atau belanja atribut saat kampanye. Ia tidak mempersoalkan laporan tim pemenagan dilapangan tentang adanya dugaan banyak bentuk kecurangan pihak lawan. Ia tidak memperhitungkan pengorbanan fisik yang menguras energi.
Pengorbanan besar seperti ini kadang membuat para politisi lain sepertinya tidak sanggup menerima kekalahan. Karena merasa kekalahan tidak sebanding dengan pengorbanan yang dijalani.
Keadaan di daerah lain banyak calon kepala daerah yang kalah justru menjadi salah satu pemicu kerusuhan. Semacam ada Pembiaran saat terjadi kekacauan dengan membakar fasilitas umum, mengitimidasi penyelengara. Padahal sebelum Kontestasi dimulai, KPU telah memfasilitasi kegiatan kampanye damai yang salah satu materinya adalah komitmen pasangan calon untuk siap kalah dan siap menang.
Saya pernah satu kali diminta KPU setempat menjadi panelis debat disana. Sekilas saya melihat sejumlah pendukung Ivan yang merupakan tokoh ormas dan pemimpin adat. Mereka itu pasti banyak pengikut. Saya tidak bisa membayangkan jika saja Ivan tidak mengakui kemenangan pihak lawan. Bisa saja ada pihak-pihak yang ikut memanas-manasi.
Saya prihatin karena ada salah satu calon kepala daerah yang kalah langsung bereaksi dengan menggunakan sisa kekuasaannya mengganti sejumlah pejabat meski oleh aturan tidak diperbolehkan. Bahkan dalam sebuah cerita lalu ada calon yang kalah menjadi gila. Sebagai politisi muda, Ivan mengalahkan reputasi para politisi besar di negara ini.
Pada saat pelantikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, calon pesaingnya yang kalah, urung kelihatan dalam pelantikan. Meski Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie waktu itu sempat membujuk agar menghadiri pelantikan itu.
Demikian juga ketika Joko Widodo dilantik sebagai Presiden pada tahun 2014, dua mantan Presiden menjadi pusat perhatian. Keduanya tidak saling tegur sapa apalagi berjabat tangan. Bagi saya, Ada 3 peristiwa positif yang dipertontonkan Ivan saat penetapan pasangan calon waktu itu.
Pertama, sebagai warga negara yang taat, ia menghormati undangan KPU. Walaupun apa yang ditetapkan telah diketahuinya. Ini sesuatu yang jarang dipertontonkan politisi lain.
Kedua, ia menerima apa yang menjadi keputusan KPU. Sikap ini menjadi bagian yang sangat penting bagi keamanan dan kualitas demokrasi di Minahasa. Pihak-pihak pendukung yang kecewa karena kekalahan tentunya menghormati sikap ksatria pemimpin mereka, sehingga tidak mungkin bereaksi atas kekalahan itu. Sikap ini sangat meneduhkan suasana yang sebelumnya tegang.
Ketiga, ia seakan tanpa beban mendukung calon terpilih. Sikap ini juga amat langkah dilakukan oleh kebanyakan politisi. Penggalan pidato yang saya kutip disalah satu media Ivan berkata “Saya menghargai, Selamat atas ROR-RD. Tugas pemimpin yang baru terpilih, mari sama-sama membenahi yang sudah terjadi di Kabupaten Minahasa, saya percaya tuntunan Tuhan pada pemimpin yang terpilih, agar supaya Kabupaten di Minahasa dapat kemajuan”.
Pidato ini mengingatkan saya pada seorang negarawan di Amerika Serikat McCain. Senator yang dikalahkan Barack Obama pada pemilihan Presiden AS tahun 2008, meski baru hasil berdasarkan exit poll.
McCain dalam pidato mengatakan “Saya tidak suka hasil pemilu 2008. Tapi saya punya kewajiban untuk menerimanya. Sebuah konsesi bukan hanya bentuk sopan-santun. Konsesi merupakan tindakan untuk menghormati kehendak rakyat Amerika, suatu tindakan yang merupakan tanggung jawab pertama setiap pemimpin Amerika Serikat”.
Ia mengakui kemenangan Barack Obama, orang Amerika keturunan Afrika pertama yang menduduki Gedung Putih. McCain juga berkata, “Ini adalah waktu yang sulit bagi negara kita, dan saya berjanji kepadanya malam ini untuk sekuat tenaga membantunya dalam memimpin kita melalui berbagai tantangan yang akan kita hadapi.”
Saya bukan bermaksud mengkultuskan seseorang, atau sebaliknya mungkin saya dianggap tidak beretika karena menuliskan sesuatu tanpa seijin yang bersangkutan tapi maaf ini merupakan tanggungjawab akademik saya yang tanpa lelah mendorong kedewasaan berpolitik para politisi.
Ivan mungkin kalah dalam Sebuah kompetisi politik, namun Ivan membawa sebuah kemenangan, kemenangan besar untuk sebuah harapan bahwa ternyata masih ada politisi yang beretika dan prilaku ini bisa membantah penilaian publik atas kebanyakan politisi yang masih kental dengan ego kepentingan pribadi, dan mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu keutuhan dan soliditas daerahnya.
Kejadian di beberapa daerah, program pemerintahan tidak berjalan mulus pasca Pilkada karena elit-elit politik yang kalah dan masa pendukungnya masih kerap melakukan gerakan-gerakan perlawanan.
Masih ada gerakan-gerakan menjatuhkan derajat kepala daerah sebagai reaksi rasa kecewa atas kekalahannya. Kelompok ini kerap menggelorakan kebencian dan fitnah serta terus merongrong kewibawaan Pemerintah dengan membesar-besarkan sebuah persoalan kecil.
Kepemimpinan Pak Roy Roring dan Pak Robby Dondokambey sebagai bupati dan wakil bupati, kemungkinan besar akan mulus tanpa gangguan politik lawan politiknya terutama diawal-awal pemerintahan.
Saya tidak tahu Akan seperti apa dan bagiamana sifat Ivan Kedepan, sebab dinamika politik juga kerap mengubah karakter seseorang. Namun sifat yang ditunjukkan hari ini adalah sebuah keteladanan.
Kata Kong Fu Tse, ”Ciri-ciri orang yang berjiwa besar ialah menjadi teladan dan kemudian ia minta agar orang-orang lain mengikutinya. filosofi ini sejalan dengan Francois de La Rochefoucauld yang menulis bahwa tidak ada yang lebih cepat menular daripada teladan perbuatan baik diikuti oleh perbuatan baik, sebagaimana perbuatan buruk beranak pinak menjadi perbuatan buruk pula.
The best example of leadership, is leadership by example. Contoh kepemimpinan yang paling baik adalah kepemimpinan dengan memberikan contoh.
Oleh: Dr. Ferry Liando, Dosen FISIP Unsrat