Seputarsulut.com – kondisi Jembatan Ranoyapo saat ini bisa dibilang beresiko Amblas, dimana terlihat tanah penahan pilar jembatan semakin terkikis oleh aliran sungai sehingga terjadi meluasnya jalur air sungai.
Hal ini pun membuat Anggota dewan Provinsi Stella Runtuwene merasa khawatir akan kondisi tersebut, sehingga dirinya berharap agar jembatan tersebut bisa masuk dalam APBD Tahun 2023 mendatang.
Ada pun juga, Stella mengusulkan agar dibangun tanggul untuk mencegah longsoran tanah yang semakin parah dan sangat beresiko bagi penduduk yang bermukim di bantaran sungai tersebut.
“Harus dibuatkan tanggul dari desa Lopana baru sampai desa Rumoong Bawah. Ada tiga desa yang dilewati harus dibuatkan tanggul untuk mencegah pelebaran dan pergeseran sungai, kalau tidak dibuat dipastikan pemukiman warga akan menjadi sasaran empuk dari ganasnya air sungai tersebut” kata Runtuwene, kamis (8/9).
“Berkaca dari beberapa waktu lalu, terjadi pelebaran hingga jembatan Ranoyapo putus,” ungkap legislator Dapil Minsel – Mitra ini.
Politisi NasDem ini juga berharap anggaran pembuatan tanggul agar dimasukan dalam APBD tahun 2023 nanti.
“Tadi saya sudah bicara dengan pak Kadis PU. Dan kami siap untuk fight agar anggaran bisa masuk di APBD tahun depan,” pungkasnya.
Terpisah, kepala dinas PUPR Provinsi Sulut Alexander Watimena mengatakan apa yang disampaikan wakil rakyat tersebut menjadi perhatian khusus pemerintah Provinsi untuk dilakukan penanganan.
Namun demikian, lanjut Watimena dalam perencanaan pembuatan tanggul di lokasi jembatan tersebut juga dibutuhkan Konsultan untuk melakukan kajian Survey, Investigasi dan Desain (SID) untuk usulan anggaran ke pemerintah pusat melalui Dana Alokasi khusus (DAK) untuk penanganan Sungai Ranoyapo.
“Kalau ada anggaran itu maka penanganannya bisa dilaksanakan tahun 2023, tapi kalau belum maka itu akan tertunda 2024, yang dibutuhkan adalah SID, ” kunci Wattimena.