Benny Tengker, nama yang ringkas sedehana. Sudah begitu, oleh pemilik nama itu sendiri masih pula diringkas: BenTeng. Begitu pula goresan tanda tangannya, cukup: benteng, dengan huruf b kecil. Dengan begitu langsung terlukis kepada kita betapa ia pribadi yang menjunjung tinggi nilai kepraktisan, tindakan konkrit yang jelas manfaat nyatanya. Dan dengan begitulah Benny Tengker di sepanjang hidupnya yang memang telah panjang, bisa mengisi dengan sebegitu banyak amal serta karya nyata yang memberi manfaat bagi sedemikian banyak orang. Berikut biografi singkat Benny Tengker yang diambil dari buku panduan Festival Pinawetengan 2013 yang diterbitkan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara
Biografi Benny Tengker
Benny Tengker lahir di Desa Telap, tepi Danau Tondano, pada 23 Febuari 1939. Benteng terkenal aktif dalam sangat banyak bidang, dan di setiap bidang itu ia tampil khas tona’as. Kepemimpinan (leadership) yang menonjol,rela berkorban demi banyak orang, terkesan menilai tak ada masalah sebesar apapun yang tak dapat ditanggulangi, serba praktis, demokrasi namun tegas.
Gaya kepemimpinan khasnya itu boleh jadi hasil tempaan dalam pergolakan PPRI/Permesta dimana Benny muda sejak awalnya sudah menonjol dalam pasukan. Selepas diklat angkatan pertama di pusat pendidikan infanteri Permesta, 1959, dengan pangkat letda, Benny langsung di percayakan jadi Komandan/Instruktur BTC (Battle Training Cente) WK-I. inilah pertama kali dan seterusnya tumbuh dalam jiwanya kecintaan pada dunia pendidikan. Tahun 1962 usai pergolakan PPRI, Benny Tengker ikut kursus Dasar infarensi di Ambarawa, JaTeng, meski kemudian memutuskan tak terus berkarir dalam militer. Begitu juga ketika mahasiswa di Jakarta, 1964, ia ikut Latihan Dasar Militer Resimen Mahasiswa. Ia juga ikut latihan pasukan para di Bandung.
Didikan militer itu ternyata jadi bekal penting kemudian. Di masa penumbangan rezim Orde Lama, Benny Tengker termasuk dalam keatuan mahasiswa khusus yang dipersenjatahi. Dalam masa transisi politik tersebut, Benteng pun menjadi pengawal pribadi Bpk. Radius Prawiro, Gub.Bank Indonesia. 1966 Benny Tengker menjadi komandan Laskar/KAMI AMI-ASMI Jakarta.1980 hinga lebih 20 tahun kemudian menjadi Kepala Markas Distik Resimen Mahasiswa Jakarta Timur/Batalyon 10.
Semangat juang pembangunan yang tertanam sejak Permesta tak perna padam, dan Benny Tengker banyak terlibat dalam berbagai program pembangunan masyarakat. Tahun 2000 ia sudah Penasehat Dewan Perberdayaan Pembangunan Daerah Sulawesi Utara (sebuah lembaga ekstra pemuda Sulut di luar Bappeda, kelembagaan khas era Reformasi); sekaligus Koordinasi Wilayah DKI Jakarta.
Tahun 2006 Benny Tengker menerima Penghargaan sebagai Perintis Pelestarian Lingkungan Hidup dari Walikota Bitung. Dua tahun berikutnya, untuk bidang yang sama, Gubernur Sulut memberinya anugerah Kalpataru.
Namun sejauh itu, medan pengabdian Benny Tengker yang utama ialah bidang pendidikan. Ia sepenuhnya sadar, pendidikan bisa mengubah seorang manusia menjadi berharga bagi masyarakat lingkungannya, bangsa, Negara dan Tuhan. 1964, sembari mulai mendidik diri sebagai mahasiswa di ASMI, Benny Tengker langsung bekerja di lembaga yang sama. Mulai dari bawah. Termasuk untuk antar-jemput dosen. Sifatnya yang rajin dan bertanggung jawab berbuah, `1967 dipercaya sebagai Koord. Secretariat AMI-ASMI. Sepuluh tahun kemudian 1977, Pejabat Direktur ASMI.1978, Pejabat Direktur AMI. 1980, sampai hampir 20 tahun berikutnya, Direktur ASMI. AMI-ASMI berkembang pesat. Di Bitung Benny Tengker mendirikan Yayasan Manguni beserta AMI Bitung. Juga di Medan, Sumut, mendirikan Yayasan pendidikan Samudra Bathera Lancang Kuning sebagai wadah hokum AMI Medan dan ASMI Axtension Medan.
Aktivasi pendidikan yang dibina Benny Tengker meliputi pembinaan sejumlah cabang olaraga, meski yang paling menonjol adalah tinju. Sejak 1975 Benny Tengker memimpin Sasana Benteng AMI-ASMI. Dari sini tercetak amat banyak atlet tinju yang berprestasi gemilang di arena nasional maupun internasional, termasuk sederajat pemuda asal Sulut. Penda PERTINA DKI Jakarta perna mempercayakan Benteng untuk memimpin penyelenggaraan Monthly Boxing Championship (semacam Liga Tinju) sampai 5 tahun. Setelah bertahun masuk dalam jajaran kepemimpinan inti Pertina Jakarta, 1988 Benny Tengker di daulat jadi Ketua Umum Pengda PERTINA DKI Jakarta. Di tingkat nasional, Benny Tengker pun mengetahui Bidang Pembinaan dan Pendidikan PB PERTINA.
Dalam wadah POR Maesa – organisasi kawanua perantauan yang telah eksis di sejumlah kota semenjak hampir seabad silam – Benny Tengker sejak lama aktif. Kemudian mengetahui Bidang Tinju (OICO Tinju) sejak 1994. Dan sejak 2004 hingga kini ketua Yayasan POR Maesa. Sebetulnya, jejak karya Benny Tengker dalam pembinaan olahraga Indonesia tak sebatas yang dicatat di atas, masih jauh lebih banyak lagi. Sangat wajarlah bila sejak 1993 (20 tahun lalu) Benny Tengker sudah di anugerahi penghargaan Pembina olaraga perguruan tinggi oleh Presiden RI Soekarno di Istana Merdeka. Dan sepuluh tahun kemudian Presiden RI Megawati Sukarnoputeri, di Yogyakarta, menyematkannya Penghargaan Adimanggala Krida sebagai Pembina Olaraga Tingkat Nasional.
Benny Tengker Sang Tona’as Sejati
Meski terus menjulang di tingkat nasional, Benny Tengker tak pernah menilai tak penting pengabdiannya dalam lingkungan terbatas kawanua. Pengabdian Tona’as Benny Tengker sangat intens dalam berbagai wadah kawanua maupun pembinaan seni budaya Minahasa. Setelah satu masa bakti memimpin Bidang Kepemudaan dan Olaraga KKK, maka berikutnya sepanjang 5 periode (1990-2012) Benteng eksis di pucuk pimpinan KKK. 2 periode Wakil Ketua Umum KKK, 1 Periode Presidium KKK dan 2 periode Ketua Umum KKK. Dan kini Ketua Dewan Penasehat KKK.
Ketona’asan Benteng pun dirasakan para pelaku seni budaya tradisional Minahasa. Sepanjang 1989 hingga 2001 ia Ketua Umum Badan Koordinasi Pembina Musik Kolintang (BPKMK) Provinsi DKI Jakarta. Sejak 1996 sampai sekarang Ketua Persatuan Olaraga dan Seni Sekolah Lanjutan Asal Sulawesi Utara di lingkungan Pemda Prov. DKI Jakarta.
Melihat begitu besarnya kepedulian Benny Tengker terhadap sesama apa terlebih terhadap dunia pendidikan, maka pada saat acara Festival Pinawetengan 7 Juli 2013, bertempat di Institut Seni Budaya Sulawesi Utara, Benny Tengker dianugerahi gelar adat Tona’as Tua Wangko Papendangan atau Tona’as Pendidikan Tinggi
Benny Tengker , bersama pendamping setianya: Laurina Suling, tinggal di kawasan Pondok kelapa, Jakarta Timur. Alamat Benteng begitu mudah dicari, sebab satu-satunya di kompleks Billy Moon yang di pekarangannya berdiri sebuah ring tinju. Itulah biografi Benny Tengker sang Tona’as sejati