Berita Lainnya
MANADO – Sejarah Manado menarik untuk dikaji lagi dan didokumentasi. Dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-394 Kota Manado sekaligus untuk mengetahui lebih detail tentang sejarah Kota Manado, Pemerintah Kota (Pemkot) Manado melalui Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan (Bapelitbang), melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Masa Lalunya Manado Masa Kini’, di ruang Serbaguna Kantor Walikota Manado, Selasa (11/07) pagi hingga sore t.
Dalam sambutannya, Walikota Manado DR Ir GS Vicky Lumentut SH MSi DEA, mengatakan sekarang ini, banyak sumber dan peneliti yang menjelaskan tentang sejarah dan asal-usul Kota Manado. Sehingga, FGD yang dilaksanakan Bapelitbang tersebut, bisa menghasilkan satu kesimpulan yang dapat dijadikan acuan dan bahan referensi bagi Pemkot Manado dalam menyusun perencanaan kota dilihat dari aspek historis.
“Saya berharap melalui FGD tentang masa lalunya Manado masa kini, akan memberikan referensi dan bahan kajian bagi kami, pemerintah Kota Manado, dalam menyusun tentang sejarah dan asal usul Kota Manado,” tukas Walikota terbaik se-Indonesia tersebut. Selain itu, tambah Walikota GSVL, pelaksanaan FGD juga dirangkai dalam rangka HUT ke-394 Kota Manado, termasuk bertujuan untuk menggali obyek-obyek wisata budaya masa lalu Manado.
Sementara, Kepala Bapelitbang Kota Manado DR Ir Linny Tambajong MSi, dalam laporannya mengatakan FGD kali ini menghadirkan para pakar budaya, sejarawan maupun antropolog dan pemerhati sejarah di Kota Manado. Disamping itu, hadir pula para tokoh adat masyarakat yang ada di Manado, seperti Minahasa, Borgo, Bantik, Sangihe, Mongondow, Gorontalo, Arab, Tionghoa dan sebagainya.
“Mudah-mudahan apa yang kita diskusikan bersama ini, memberikan kontribusi bagi Kota Manado dimasa yang akan datang,” ujar Tambajong. Diskusi yang dimoderatori budayawan Reiner Oeintoe berlangsung dalam dua panel, dimana panel pertama dengan judul pengaruh bangsa Cung Kuo terhadap budaya Manado, menghadirkan pembicara Drs Alex John Ulaen DEA, Prof Perry Rumengan dan Prof William Boseke. Sedangkan panel kedua berjudul pengaruh bangsa dan etnik lainnya, dengan pembicara Prof DR Ricardo Renwarin, Ben Palar dan Joutje Koapaha, sebagai pembahas DR Johny Tasirin.