Ditemui di sela-sela pertemuan Sanggar yang digelar di kompleks wisata mata air Tumetenden dan Waruga di Airmadidi Minahasa Utara, bapak David Umboh selaku manejer dari Sanggar Tari Maengket Tumatambak Tumetenden menjelaskan kepada seputarsulut.com tentang sejarah singkat cikal bakal Sanggar Tari Maengket Tumatambak Tumetenden, dahulunya merupakan kelompok tari maengket Tumatambak Tumetenden.
“Dulu belum berupa sanggar, tapi kelompok seni dan dulu belum ada istilah sanggar, kelompok seni.” Demikian pak David menjelaskan tentang cikal bakal Sanggar Tari Tumatambak Tumetenden.
Berita Lainnya
Sedikit cerita juga tentang kekeliruan penyebutan yang selama ini terjadi di masyarakat, yaitu ‘Maengket Tuma-tenden.’ “Penyebutan ‘tari Tumatenden‘ itu keliru, karena kata ‘tuma’ itu artinya kutu, yang tepat adalah ‘tari Tumetenden.'” Demikian penjelasan pak David Umboh kepada kami.
Tarian Maengket Tumetenden diciptakan oleh opa Dedi Mandagi, dan sudah mulai dikenal oleh masyarakat Airmadidi sejak tahun 50-an. Penciptaan Tari Maengket Tumetenden diangkat dari cerita lama legenda masyarakat Minahasa, yaitu legenda air pancuran Tumetenden. Cerita yang mengkisahkan tentang percintaan antara Tokoh pria (Mamanua ) dan Putri Khayangan (Lumalundung) dan Tokoh satunya Adalah Walansendouw anak dari perkawinan Mamanua Dan Lumalundung.
Berjalannya waktu dan modernisasi membuat kelompok tari yang pernah meraih medali emas dalam perlombaan “Irama Malesng” di tahun 1954 ini pun mulai terlupakan dan seperti mati suri selama beberapa dekade.
Namun perjuangan untuk terus menghidupkan salah satu jati diri warga Minahasa khususnya sub etnis Tounsea ini tidak pernah padam. Adalah bapak Mambo Wenas Umboh (alm, Red) yang juga merupakan anak didik dari opa Dedi Mandagi, yang menurunkan tarian ini kepada generasi-generasi berikutnya, termasuk kepada salah satu putri bapak Mambo Wenas Umboh, ibu Deesy Umboh, yang saat ini menjadi pelatih tari Maengket Tumetenden di Sanggar Tari Tumatambak Tumetenden dan di SMPN 2 Airmadidi.
Ketika kami bertanya kapan sanggar tari Maengket Tumetenden ini mulai ‘dihidupkan’ kembali? bapak David menjawab, kalau mereka memulainya pada tahun 2012 lalu. Ibu Deesy dengan didukung bapak David Umboh sebagai manejer sanggar mulai membangkitkan dan menggairahkan kembali budaya tari Maengket Tumetenden ini supaya bisa kembali dikenal masyarakat, walaupun dengan sumber daya dan dana yang serba terbatas.
Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah dibuatnya laman (website, Red) internet untuk sanggar sebagai media promosi dan sosialisasi tari Maengket Tumetenden, dengan alamat www.tumetenden.com. Diharapkan dengan teknologi informasi yang berpadu dengan budaya (dalam hal ini untuk sosialisasi) maka diharapkan akan semakin memperluas cakupan penyebaran informasi tersebut.
Dengan bangkitnya kelompok seni Tumatambak Tumetenden dari mati surinya diharapkan akan menambah kekayaan budaya Sulawesi Utara, khususnya budaya asli warga di Kabupaten Minahasa Utara.