Jakarta, (09/06/2018) – Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yodhoyono (AHY), mengingatkan bangsa Indonesia tidak bisa kalah dalam melawan terorisme di negeri ini.
Hal ini di sampaikan AHY dalam pidato politik rakyat di Jakarta Convention Centre Sabtu malam (9/06/2018).
“Kita kalah, bila aksi teror membuat kita, terpecah belah, dan
saling mencurigai satu sama lain. Kita juga kalah, bila, dalam upaya
melawan terorisme justru, terpancing, untuk menggunakan cara-cara teroris. Cara yang berada di luar hukum, melanggar hak-hak dasar warga negara.
_Terrorism has no religion._ Terorisme, tidak punya agama.
Terorisme, adalah musuh semua agama. Terorisme, musuh kita semua, “ujar AHY.
Mantan Calon Gubernur DKI Jakarta ini mengapresiasi langkah pemerintah Jokowi-JK, DPR serta TNI dan Polri terkait penanganan terorisme baik di Mako Brimob, Surabaya, Sumatera serta pengesahan UU terorisme.
AHY kemudian menyoroti ekonomi menyangkut daya beli masyarakat dan lapangan kerja.
“Meski, angka indikator ekonomi makro relatif baik. Namun di lapangan, masyarakat merasakan hal berbeda.
Hampir di setiap tempat, yang di datangi, rakyat berteriak barang makin
mahal, “tandasnya.
Harga-harga kebutuhan, naik secara signifikan, di sisi
lain, kemampuan dan kesempatan masyarakat, makin terbatas untuk
memperoleh penghasilan yang layak.
Bagi AHY soal lapangan kerja, bukan hanya soal memperoleh pendapatan. Tetapi juga,
harga diri dan penerimaan sosial. Itulah sebabnya, pengangguran dan
lapangan kerja, selalu menjadi persoalan sensitif.
Banyak anak-anak muda, generasi milenial yang belum bekerja,
merasa cemas.
Sedangkan yang sudah bekerja, merasa khawatir; Apakah bisa terus bekerja?
Secara kuantitas, lapangan kerja yang tercipta, setiap tahunnya,
belum bisa mengimbangi, jumlah pencari kerja baru.
Dalam hal kualitas angkatan kerja, punya PR
besar. Lebih dari 50 juta orang, angkatan kerja berpendidikan
sekolah dasar, sehingga tidak mudah
bersaing dalam kompetisi global.
Perpres No. 20 tahun 2018; tentang Penggunaan
TKA dirasakan, kurang berpihak pada tenaga kerja lokal (Indonesia).
AHY mengatakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, dia
melihat banyak TKA, yang bekerja. Bukan hanya,
sebagai tenaga ahli, atau dalam kapasitas manajerial saja, tetapi juga,
pada tingkatan buruh, supir, dan pekerja lapangan lainnya, yang seharusnya mampu dilakukan tenaga kerja Indonesia.
Hasil investigasi, Lembaga Ombudsman tahun
2017; terkait isu TKA ilegal, di berbagai provinsi menemukan terjadinya, diskriminasi perlakuan, hingga gaji yang tidak
berimbang; antara TKA, dan tenaga kerja lokal, untuk jenis pekerjaan yang
sama. Dalam sebulan, supir TKA, dapat 15 juta rupiah. Lalu supir tenaga kerja Indonesia, hanya dapat lima juta rupiah.
“Kita tidak anti
asing, tapi kita tidak terima jika rakyat dikalahkan, dinomorduakan,
atau hanya jadi penonton di negeri sendiri. Ini soal rasa keadilan, “tandas AHY.
Pidato politik AHY selain di hadiri Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, pengurus dan kader juga inisiator dan pendiri partai Demokrat Ventje Rumangkang serta Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat E E Mangindaan.
“Yang di sampaikan AHY realitas saat ini, berdasarkan temuan di masyarakat. Jadi pihak pemerintah perlu melihat ini sebagai otokritik positif untuk kemajuan ke depan, “tandas Ventje Rumangkang. (4RL).